A. Pengantar
Pernah suatu ketika, sahabat Nabi, Ka'ab bin Malik absen dalam Perang Tabuk. Sebenarnya, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan merekayasa alasan sehingga dinilai oleh Nabi sebagai orang yang absen karena ada uzur. Tapi Ka'ab enggan melakukan itu. Ia memilih jujur.
Alhasil Rasulullah menghukumnya dengan tidak diajak berbicara oleh beliau dan seluruh kaum Muslimin Kota Madinah. Sungguh menyakitkan dan sangat menyulitkan. Tapi, ia bersabar karena ia yakin ujung dari itu semua adalah keindahan. Ketika berlalu 50 hari masa pemboikotan, Allah memuliakannya dengan menurunkan ayat yang memastikan jika tobatnya Ka'ab dan dua sahabat yang lain (Hilal dan Murarah) telah diterima Allah.
Dalam sebuah peristiwa yang lain, Rasulullah mendatangi seorang pedagang. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan, dan ternyata dalam tumpukan tersebut terdapat makanan yang busuk.
''Apa yang basah ini?'' tanya Rasulullah.
Dengan gugup pedagang itu menjawab, ''Makanan itu kena air hujan sehingga busuk.''
Rasul bersabda, ''Mengapa tidak engkau tempatkan di atas, agar bisa dilihat pembeli? Barangsiapa yang menipu, dia bukanlah pengikutku!''
Kedua kisah tersebut menggambarkan tentang pentingnya berperilaku jujur. Menjadi sosok yang jujur memang membutuhkan kesabaran. Sebab, dusta terkadang menawarkan sesuatu yang lebih menjanjikan dan menggiurkan.
B. Makna Kejujuran
Di dalam al-Qur’an kata jujur disebut dengan kata siddiq yang artinya benar atau nyata. Kata siddiq atau ash-Shidqu berasal dari kata Shadaqa yang kemudian diartikan kesesuaian antara kata yang diucapkan dengan perbuatan yang dilakukan. Lawan dari jujur adalah bohong/ dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kazibu”. Oleh karena itu, jika seseorang berkata maupun bertindak tidak sesuai dengan kenyataan apa adanya, maka ia telah berbuat dusta.
Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan ialah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka adalah orang yang pendusta.” (Q. S. An-Nahl ayat 105)
Ayat ini berisi larangan untuk berkata bohong, dan ayat ini juga menghubungkan kata jujur dengan keimanan. Bahkan dengan jelas menyebutkan bahwa orang yang berdusta atau tidak jujur adalah orang yang tidak beriman.
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى االنَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Artinya: “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Hadits di atas jelas berisi anjuran untuk berkata jujur dan berbuat jujur serta larangan untuk berdusta disertai dengan penjelasan bahwa kejujuran akan membawa kepada kebaikan artinya bahwa orang jujur akan terselamatkan dari hal yang tidak baik dan tempat mereka adalah di surga. Hadits ini juga berisikan pesan untuk melanggengkan sikap jujur. Jujur diharapkan akan selalu melekat pada seseorang hingga ia disebut sebagai orang yang jujur. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw disepanjang hidupnya hingga di beri gelar al-amin.
C. Pentingnya Menjadi Pribadi Jujur
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi pribadi jujur, diantaranya :
1. Jujur membawa ke surga
Jujur membawa manfaat bukan hanya di dunia, tetapi juga menjadi jalan yang mengantarkan seseorang menuju ke surga. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist :
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kezaliman, dan kezaliman itu akan mengantarkan ke arah neraka”. (HR Bukhari muslim)
2. Dikumpulkan dengan para Nabi
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ عَلِيْمًا ࣖ
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan rasul Nya, mereka itu akan dikumpulkan bersama dengan orang orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin, orang orang yang mati syahid, dan orang orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui”. (QS An Nisaa 69-70)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang jujur memiliki keutamaan yang besar dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT yaitu dengan mendapat keistimewaan dikumpulkan bersama orang orang yang mulia lagi shaleh di hari kiamat nanti.
3. Mendapat derajat tinggi
Manusia memiliki kedudukan dan derajat yang berbeda beda di mata Allah, bukan dari kecantikan fisik nya tetapi dari amal perbuatan nya, yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya adalah iman dan taqwa nya, artinya Allah membedakan berdasarkan keimanan dan ketakwaan seseorang.
Jujur merupakan salah sifat mulia yang mendapat derajat tinggi di sisi Allah, dengan menjadi orang yang jujur akan mendapat kemuliaan dan derajat tinggi dari Allah seperti dalam firman Allah berikut :
“inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai, mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Nya, itulah kemenangan yang agung”. (QS Al Maidah 119)
4. Dicintai Allah dan Rasul
Jujur merupakan inti kebaikan hati nurani seseorang, jika dalam hati seseorang memiliki kejujuran dan nurani yang bersih, tentunya akan melakukan segala urusan yang mengarah pada kebaikan pula, akan dicintai oleh Allah dan rasul Nya karena melaksanakan segala urusan dengan niat yang bersih karena Allah SWT.
Rasulullah bersabda “jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan rasul Nya maka tunaikanlah jika diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang orang di sekelilingmu”. (HR Ath Thbrani)
5. Mendatangkan pahala dan ampunan dosa
Setiap perintah dari Allah selalu memiliki kebaikan di dalam nya, termasuk perintah untuk berbuat dan berkata jujur yag menjadi salah satu amalan mulia tentunya memiliki pahalan yang besar juga di sisi Allah seperti dalam firman Allah berikut :
اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمٰتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰبِرٰتِ وَالْخٰشِعِيْنَ وَالْخٰشِعٰتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّاۤىِٕمِيْنَ وَالصّٰۤىِٕمٰتِ وَالْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحٰفِظٰتِ وَالذّٰكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذّٰكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
“Sesungguhnya laki laki dan perempuan yang muslim, laki laki dan perempuan yang mukmin, laki laki dan perempuan yang sidiqin (benar), laki laki dan perempuan yang sabar, … Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS Al Ahzab 35)
6. Mendapatkan keberkahan
Keberkahan adalah karunia Allah yang mendatangkan kebaikan atau manfaat dalam kehidupan dan merupakan puncak kebahagiaan seorang muslim. Keberkahan berarti memperoleh keuntungan dunia akherat. kejujuran merupakan salah faktor yang mempengaruhi keberkahan, misalnya dalam urusan jual beli, penjual yang jujur akan mendapatkan keuntungan yang lebih berkah dan ke depan nya mendapatan kepercayaan dari pembeli seperti sabda Rasulullah berikut
“Kedua orang penjual dan pembeli masing masing memiliki khiyar (hak pilih) selama keduanya belum berpisah, bla keduanya berlaku jujur dan salin terus terang maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam urusan tersebut”. (HR Bukhari dan muslim)
7. Melahirkan ketenangan
Orang yang selalu jujur akan memiliki hati yang tenang, dia selalu merasa nyaman dengan perbuatan dan kalimat jujur yang dilakukannya. Apapun urusan yang dilakukan dia tetap mendapatkan kedamaian dalam hati nya karena segala sesuatu telah dilakukannya dengan benar dan tidak merugikan orang lain.Lain halnya dengan orang yang berbohong, dia akan merasa khawatir akan kebohongannya dan hidup penuh kebimbangan, dia akan terbiasa membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan lamanya sehingga hidup nya dipenuhi dengan kebohongan, orang yang seperti ini tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia apalagi di akherat. Rasulullah SAW bersabda :
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200)
8. Merasakan bahagia
Dalam hadist Rasulullah bersabda “empat perkara apabila ada padamu, tidak akan merugikan lepasnya segala sesuatu dari dunia dari padamu, yaitu memelihara amanah, berkata yang jujur, akhlak yang baik, dan bersih dari tamak”. (HR Imam Ahmad).
Arti dari hadist tersebut ialah, orang yang jujur tidak akan pernah merasa rugi sekalipun kehilangan sesuatu yang berharga di dunia ini, karena dari kejujuran tersebut dia senantiasa kebaikan dari Allah berupa ketenangan dan kebahagiaan dalam hati.
9. Disukai semua orang dan memiliki banyak saudara
Setiap orang mempunyai potensi menjadi orang yang menyenangkan dan disukai semua orang jika dalam diri orang tersebut banyak sisi positif. Umumnya setiap orang akan merasa bahagia dan senang berada di dekat orang yang jujur.
Dalam hubungan apapun, kejujuran merupakan awal dari kepercayaan, dan kepercayaan adalah awal dari langgeng nya sebuah hubungan, baik itu pasangan suami istri, persahabatan, ataupun rekan bisnis. Orang yang jujur akan disukai orang-orang di sekelilingnya karena tidak berkata dusta dan dapat dipercaya sehingga merasa damai berada di dekatnya.
10. Mendapatkan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain
Jika ingin mendapat kebaikan, jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya, beribadah dengan sungguh sungguh dan menjauhi dosa. Jujur sebagai suami maka akan senantiasa memperoleh kedamaian dalam keluarga dan dapat memberikan nafkah yang halal dan berkah. Jujur sebagai istri maka akan selalu menjaga bisa kehormatan diri dan harta suami serta mendapat kasih sayang dari keluarga.
Jujur sebagai pemimpin maka akan selalu dicintai rakyat nya dan terbuka dalam menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Bila kejujuran seperti di atas dapat diwujudkan, banyak hikmah yang akan dipetik. Jujur akan membawa kebaikan pada diri sendiri dan orang lain, orang yang jujur akan senantiasa mendapatkan cinta dan kepercayaan seperti kalimat Sayidina Ali sebagai berikut :
“orang yang suka berkata jujur akan mendapat tiga perkara, yaitu kepercayaan, cinta, dan rasa hormat”.
Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Tapi dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
D. Cara Konsisten dalam Kejujuran
Berikut ini adalah beberapa kiat untuk dapat senantiasa menjaga kejujuran:
1. Tidak membicarakan setiap yang didengarnya
Hendaknya lisan kita senantiasa dipelihara dan dijaga, karena ketergelincirannya sangat banyak dan kejahatannya tak terhingga. Maka waspada darinya dan berhati-hati dalam menggunakannya merupakan sikap lebih bertakwa dan lebih wara` (berhati-hati dan menjaga diri). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Cukuplah seseorang dipandang berdusta bila ia membicarakan semua yang didengarnya.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Alasannya, karena banyak bicara dapat menjerumuskan ke dalam kebohongan dengan menceritakan sesuatu yang tidak pernah terjadi.
2. Biasakan berkata jujur
Setiap akhlak yang baik, bisa diusahakan dengan membiasakannya dan bersungguh-sungguh menekuninya, serta berusaha mengamalkannya.
3. Berkata Baik atau Diam
Imam an-Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata, “Ketahuilah, sepantasnya bagi setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas ada mashlahat-nya (manfaat dan kebaikannya).
Telah diriwayatkan dalam dua kitab Shahih; Shahih al-Bukhari (no. 6475) dan Shahih Muslim (no. 47), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, "Jika seseorang menghendaki berbicara, maka sebelum berbicara hendaknya ia berpikir, jika tampak jelas mashlahat-nya maka silakan berbicara, namun jika ragu-ragu, hendaknya ia tidak berbicara sampai jelas kemashlahatan-nya." (al-Adzkaar, 2/713-714, karya Imam an-Nawawi)
4. Bergaul dengan orang-orang jujur
Banyak orang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi; Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan wanginya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. al-Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628)
Agar hidup menjadi benar dan dikumpulkan bersama orang-orang jujur, maka jadikanlah lahir, batin serta lisan kita benar.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. QS. At-Taubah: 119