I. Muqadimah
Pengertian Sirah
Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab menyatakan arti as-sirah menurut bahasa adalah kebiasaan, jalan, cara, dan tingkah laku. Menurut istilah umum, artinya adalah perincian hidup seseorang atau sejarah hidup seseorang.
Sirah Nabawiyah
Seringkali sirah dimaksudkan sebagai "Sirah Nabawiyah", menurut istilah syar'i maksud dari as-sirah an-nabawiyah adalah Ilmu yang kompeten yang mengumpulkan apa yang diterima dari fakta-fakta sejarah kehidupan Nabi Muhammad S.A.W secara komprehensif dari sifat-sifatnya, etika dan moral
Ruang lingkup
Sirah Nabawiyah berisi perincian kisah hidup rasulullah, yakni asal-muasal, suku dan nasab, dan keadaan masyarakatnya, sebelum dia dilahirkan. Kemudian berlanjut kepada kelahiran dia, masa kecil, remaja, dewasa, pernikahan, menjadi nabi, serta perjuangan-perjuangan dia dalam menegakkan Islam hingga akhir hayatnya.
Perbedaan sirah nabawiyah dengan sejarah
Sirah Nabawiyah dan sejarah memiliki arti yang serupa namun sejarah bersifat lebih umum dan sirah lebih khusus, dilihat dari sumber, perincian dan tujuannya, seperti:
Sirah berasal dari kata saraha berarti perjalanan hidup sedangkan sejarah berasal dari kata syajarah (syajaratun) bermaksud pohon.
Sirah Nabawiyah pembahasannya bertumpu kepada perjalanan dan kisah hidup Nabi Muhammad S.A.W secara rinci. Pembahasan juga menekankan sifat pribadi, akhlak serta cara dia menjalani kehidupan sehari yang bisa diteladani. Sedangkan sejarah pembahasannya hanya mengenai peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang terjadi pada masa lampau. Lebih difokuskan kepada perkembangan peradaban ataupun perkembangan suatu zaman.
Sirah Nabawiyah bersumber hanya dari ayat Al-Quran, hadits nabi, dan riwayat para sahabat dia. Sedangkan sejarah melalui sumber primer (bukti-bukti dan rujukan yang kukuh), sekunder (penyelidikan), dan lisan (saksi). Sirah mengkhususkan kepada seseorang individu sedangkan sejarah kepada peristiwa dan pelakunya.
Kedudukan fakta Sirah Nabawiyah tidak bisa berubah karena kejadian telah tercatat di dalam al-Quran, hadits dan riwayat sahabat (tidak ada yang baru). Sedangkan sejarah bisa saja berubah dengan ditemukannya sumber ataupun bukti yang lebih awal (baru) atau jelas dari sumber sebelumnya (lebih tua) Sirah Nabawiyah bertujuan sebagai pemberi teladan, contoh dan pendukung sejarah Islam.
1. Urgensinya studi tentang Sirah Rasul.
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَالۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَکَرَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا ؕ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. QS. Al-Ahzab 33:21
وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنٰہُ بِہَا وَلٰکِنَّہٗۤ اَخۡلَدَ اِلَی الۡاَرۡضِ وَاتَّبَعَ ہَوٰىہُ ۚ فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ الۡکَلۡبِ ۚ اِنۡ تَحۡمِلۡ عَلَیۡہِ یَلۡہَثۡ اَوۡ تَتۡرُکۡہُ یَلۡہَثۡ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا ۚ فَاقۡصُصِ الۡقَصَصَ لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ
“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir QS. Al-A'raf 7:176
وَکُلًّا نَّقُصُّ عَلَیۡکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِہٖ فُؤَادَکَ ۚ وَجَآءَکَ فِیۡ ہٰذِہِ الۡحَقُّ وَمَوۡعِظَۃٌ وَّذِکۡرٰی لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ
Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. QS. Hud 11:120
لَقَدۡ کَانَ فِیۡ قَصَصِہِمۡ عِبۡرَۃٌ لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ؕ مَا کَانَ حَدِیۡثًا یُّفۡتَرٰی وَلٰکِنۡ تَصۡدِیۡقَ الَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ وَتَفۡصِیۡلَ کُلِّ شَیۡءٍ وَّہُدًی وَّرَحۡمَۃً لِّقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. Yusuf 12:111
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (٦٠)فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (٦١)إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٦٢)
60. (apa yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
61. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka Katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu; kemudian Marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta[197].
62. Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana . Qs 3:60,62
- Agar kaum muslimin bisa Memahami kepribadian Rasulullah s.a.w. melalui celah-celah kehidupan yang dilaluinya dan kondisi-kondisi yang pernah dihadapinya
- Agar kaum muslimin bisa mendapatkan gambaran sosok ideal dan seluruh aspek kehidupannya yang utama until dijadikan undang-undanh Dan pedoman hidup (Al Ahzab:21)
- Agar kaum muslimin mendapatkan sesuatu yang membantunya memahami kitab Allah dan semangat tujuannya
- Agar kaum muslumin dapat mengumpulkan banyak pengetahuan yang benar baik menyangkut akidah, hukum, dan akhlak.
- Agar setiap pembina dan dai memiliki contoh hidup menyangkut cara-cara pembinaan dan dakwah
2. Sirah Rasul adalah Sunnah dalam Proses pembumian Al Quran
لَا تُحَرِّکۡ بِہٖ لِسَانَکَ لِتَعۡجَلَ بِہٖ ؕ
“Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Qs. Al-Qiyamah 75:16
ثُمَّ اِنَّ عَلَیۡنَا بَیَانَہٗ ؕ
“Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya. Qs. Al-Qiyamah 75:19
وَاتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً لَّا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَلَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّلَا نَفۡعًا وَّلَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا وَّلَا حَیٰوۃً وَّلَا نُشُوۡرًا
“Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka (tuhan-tuhan itu) tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat (mendatangkan) manfaat serta tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan. Qs. Al-Furqan 25:3