MENGENAL MAKNA MUHAMMADUR RASULULLAH

 

Pada masa Rasulullah SAW, kehidupan para sahabat untuk pertama kali berubah secara total ketika pertama kali mereka mengenal dan menyatakan kalimat tauhid, la ilaha illallah muhammad rasulullah. 

Kalimat inilah yang menjadikan mereka mengenal hakikat kehidupan jahiliyah sebagai kehidupan yang paling buruk. Said Muhammad Al Qahthany dalam tesisnya Al Wala wal Baro fil Islam mencatat hakikat kehidupan para sahabat sebagaimana dijelaskan oleh seorang sahabat Nabi yang mulia Al-Miqdad bin Al-Aswad ra. yang mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah, 

"Demi Allah, Nabi saw. diutus dalam kondisi paling buruk yang pernah dialami oleh seorang nabi di antara para nabi-nabi yang lain, di masa hampa dan penuh nilai jahiliyah. Mereka tidak melihat suatu agama yang lebih utama dari penyembahan kepada berhala. Lalu beliau datang dengan membawa furqan (pembeda) untuk membedakan antara yang haq dan yang bathll, memisahkan antara ayah dan anaknya, hingga ada orang yang memandang ayah, anak, atau saudaranya sebagai kafir —Allah swt. telah membukakan kunci hatinya untuk iman— agar ia tahu bahwa sesungguhnya telah celaka orang yang masuk neraka, sehingga ia pun gelisah jika melihat orang yang dicintainya masuk neraka. Dan inilah yang dimaksud oleh firman Allah swt., "Wahai Tuhan kami, jadikanlah istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk hati." (Al-Furqan: 74)

Itulah jahiliah yang dibicarakan oleh Al-Quran dan para sahabat hidup bergelimang di dalamnya, sampai kemudian mereka mengenal Al-Islam. Di bawah bimbingan Rasulullah saw mereka mengikuti tarbiyah quraniyah (pendidikan Quran) sehingga mereka lahir kembali sebagai generasi terbaik yang dikenal oleh sejarah dakwah ini. Inilah generasi qurani yang unik (jaylul quranil farid).


Itulah generasi yang apabila salah seorang di antara mereka masuk Islam, seketika itu ia menanggalkan segala masa lalunya di era jahiliah dan berpindah sejauh-jauhnya dari dunia yang hitam pekat, konsepsi yang sempit, pemahaman yang tumpul, penyembahan terhadap harta dan manusia, menuju kehidupan yang luas membentang, dunia yang penuh dengan cahaya Allah, konsepsi yang utuh dan komprehensif, dan superioritas terhadap segala penyembahan selain kepada Allah swt.

Apa sesungguhnya rahasia dari pembentukan generasi qurani ini? Rahasia keberhasilan dan keagungan itu adalah titik permulaan dakwah yang diawali oleh Rasulullah saw., yaitu kalimat la ilaha illallah muhammadur rasulullah. 

Inilah kalimat yang merobek semua ikatan dan memutus semua hubungan selain hubungan akidah. Jalinan cinta karena Allah, ikatan persaudaraan iman, yang karenanya semua ikatan lainnya menjadi rendah, baik ikatan ras, darah, daerah, bangsa maupun warna.

Kalimat inilah yang didakwahkan oleh Rasulullah saw. selama tinggal tiga belas tahun di Mekah dan juga selama hidupnya. Rasulullah saw mengajak manusia untuk menganut akidah ini dan meneguhkannya di dalam jiwa orang-orang muslim. 

Hal mana kemudian kalimat tauhid ini memberikan pengaruh yang nyata dalam perbuatan-perbuatan mereka yang terpuji dan jihad mereka pula yang tiada putus-putusnya dalam menyebarkan kalimat Allah di muka bumi ini, sampai kemudian berdiri Madinah al Munawwarah.

Pada tahun kemarin, pembahasan tentang kalimat tauhid ini telah sampai kepada makna la ilaha illallah, sekarang kita akan membahas makna asyhadu anna muhammad rasulullah.

Secara ringkas, makna la ilaha illah adalah la ma’buda illallah yang artinya adalah tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah. Dengan itu ia menafikan ilahiyah (ketuhanan) dari selain Allah dan menetapkannya hanya bagi Allah semata. 

Dengan memaknai kalimat la ilaha illah kita juga memahami bahwa keislaman seseorang tidak akan lurus, sekalipun ia mengesa-kan Allah dan meninggalkan syirik, kecuali jika ia menyatakan baraah dengan tegas, memusuhi orang-orang musyrik dan secara terang-terangan menyatakan permusuhan dan kebencian terhadap mereka, sebagaimana Allah swt. katakan dalam surat Al-Mujadilah, 

"Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (Qs 58:22) 

Adapun kalimat kedua muhammadur rasulullah berarti memurnikan kepatuhan kepada hal-hal yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. dan meninggalkan segala yang dicegah dan dilarangnya. Kalimat muhammadur rasulullah juga menegaskan loyalitas hanya kepada syariat Allah swt., sebagaimana perintah pada ayat berikut,

اِتَّبِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran." (Al-A'raf: 3)

Kalimat muhammadur rasulullah juga berarti bara' dari segala hukum jahiliah, sebagaimana disebutkan, 

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Padahal hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Al-Maidah: 50)


Secara rinci makna kalimar Muhammadur Rasulullah dalam kalimat syahadah adalah sebagai berikut.

1. Menaati apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. (طَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ). Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ

31.  Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. 32.  Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Qs Ali Imran 3:31-32)

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan apa saja yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukumannya.” (Qs.Al Hasyr: 7)

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَۖ

“Barang siapa taat kepada Rasul, sungguh dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisa: 80)


2. Membenarkan berita yang dikabarkannya. (تَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ). Allah ta’ala berfirman,

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا ٦٩

“Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah, yakni para nabi, ash-shiddiqin, syuhada, dan orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman.” (an-Nisa: 69)


3. Meninggalkan apa yang dicegah dan dilarang oleh beliau (اجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ

“Apa yang didatangkan oleh Rasul, maka terimalah. Apa yang dilarangnya, maka jauhilah.” (al-Hasyr: 7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطتَطَعْتُمْ

“Hal yang telah kularang kalian darinya, maka jauhilah. Hal yang kuperintah kepada kalian, maka laksanakanlah semampu kalian.” (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)


4. Menyembah Allah dengan syari’at yang dibawanya. (عِبَادَةُ اللهِ بِمَا شَرَعَ) Sabda oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang bukan syariat kami, amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim, dari Aisyah radhiallahu ‘anha)

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ ا مْألُُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْععَةٌ ضَلَالَةٌ

“Tinggalkan urusan yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap yang diada-adakan di dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim, dari Jabir radhiallahu ‘anhu)


5. Menjadikannya sebagai satu-satunya uswah hasanah dalam melaksanakan DInul Islam

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh” (Qs Al-Ahzâb 33:21)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapa gerangan yang enggan, wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yang menaatiku akan masuk surga, sedangkan yang menyelisihiku berarti dia enggan.” (HR. al-Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)


6. Menjadikan sirah nabawiyah sebagai satu-satunya pola dan khittoh dalam memperjuangkan dinul Islam

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

108.  Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (Qs Yusuf 12:108)