HAKIKAT IDUL ADHA

Idul Adha merupakan hari raya ummat Islam yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah tahun Hijriyah. Ada tiga hal penting yang terkandung dalam Idul Adha yaitu : 

- Pelaksanaan ibadah haji yang merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh ummat Islam yang mampu (istathoah), 

- Perintah untuk ber-qurban yang merupakan ibadah yang dianjurkan kepada ummat Islam untuk melakukannya, karena ibadah qurban tidak hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, rabbil ‘izzati, melainkan mendekatkan diri kita dengan sesama insan, terutama yang seaqidah. 

- Turunnya wahyu terakhir kepada nabi Muhammad SAW yang diturunkan menjelang puncak Idul Adha, saat haji wada’ pada tahun ke 10 H yaitu Surat Al-Ma’idah ayat:3.

Pengertian ibadah ‘udhiyah  

‘Udhiyyah jamak dari dhahiyyah adalah penyembelihan hewan dipagi hari. Yang dimaksudkan ialah mendekatkan diri  atau beribadah kepada Allah SWT. Udhiyyah ialah binatang yang disembelih baik unta, sapi, kerbau atau kambing karena menghampirkan diri kepada Allah SWT. ‘Udhiyyah biasanya dinamakan qurban ialah binatang ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt pada hari Adha, 

Menurut bahasa kurban berasal dari kata qaraba – yaqrabu – qurban - Qurbanan yang artinya menghampirinya atau mendekatinya. Sedangkan menurut istilah, adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada penciptanya dengan jalan menyembelih binatang yang halal dan dilaksanakan sesuai dengan tuntunan, dalam rangka mencari ridla-Nya. 

Menurut fiqh kurban ialah menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah di dalam waktu tertentu (‘idul Adha) dan setelah tiga hari berikutnya (hari tasyrik) yaitu tanggal 10 Dzulhijjah dilanjutkan tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Adapun pengertian dari segi syariat adalah menghilangkan nyawa binatang yang halal dimakan dengan menggunakan alat yang tajam selain kuku, gigi, dan tulang agar halal dimakan oleh orang Islam

Tujuan ibadah ‘udhiyah

Tujuan ibadah qurban bagi umat Islam adalah semata-mata mencari ridla Allah SWT. Ibadah qurban ini dimaksudkan untuk memperkuat dan mempertebal ketaqwaan kepada Allah. Allah akan menilai ibadah ini sebagai wujud ketaqwaan hamba kepada-Nya. 

Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS Al Hajj, 22: 37). 

Kemudian selain dari itu tujuan ibadah qurban dapat meliputi:

secara ruhiyah, ibadah ini bisa menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran ritual dari para pelakunya. 

secara sosial-kemasyarakatan, ibadah qurban akan bermakna apabila kerelaan dan keikhlasan orang-orang yang melaksanakan qurban berimbas pada perilaku keseharian dan perhatiannya pada sesama, utamanya kaum miskin dan mustadzafiin. 

Ibadah qurban juga bisa menjadi sarana untuk membentuk kepribadian yang penuh toleransi, media menebar kasih sayang, serasi dan jauh dari keegoisan. Hubungan yang baik akan terjalin antara yang kaya dan miskin. 

Hakikat ibadah ‘udhiyah  

Ibadah qurban adalah salah satu ajaran Islam yang penuh dengan kesakralan (suci) dan juga syarat dengan muatan kemanusiaan mengalirnya darah-darah suci dari hewan qurban akan menghanyutkan noktah-noktah hitam di hati manusia, memercikkan aroma harum jalinan kasih antara sesama sembari menyemaikan rona ceria di wajah masing-masing. Lewat ibadah kurban, akan tumbuh rasa kepedulian sosial terhadap sesama.mencari ridla-Nya (QS Al Maidah, 5: 27). 

ibadah qurban sudah ada sejak Nabi Adam. adalah qurban yang diselenggarakan oleh dua putera Nabi Adam (Habil dan Qabil) kepada Allah sejarah ibadah qurban bermula dari Nabi Ibrhaim As. Yakni, tatkala ia bermimpi disuruh Tuhan-nya untuk menyembelih Nabi Ismail As, seorang putra yang sangat dicintainya (Q.S Ash-Shaffat, 37: 102 - 110). 

Selanjutnya, berqurban merupakan ibadah wajib menurut sebagian ulama dan sunnat muakkad menurut ulama yang lain, dengan berqurban pula kita mendidik diri kita dan keluarga untuk meresapi makna pengorbanan sebagaimana Nabiyullah Ibrahim As memberikan pengorbanan secara hakiki, 

Dalam Islam, risalah qurban merupakan ibadah yang syarat dengan  makna. Kisah pengurbanan Nabi Ibrahim As. yang hendak mengurbankan anaknya, Ismail As yang kemudian diganti oleh Allah dengan domba, mengandung pesan bahwa pelaksanaan qurban selayaknya tidak membawa derita bagi manusia. 

Patut direnungkan bahwa, pelaksanaan ibadah qurban dalam Islam tidak hanya mengandung dimensi ibadah kepada Allah, tapi juga dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan ini nampak pada distribusi daging hewan qurban kepada yang berhak (Q.S.al-Hajj, 22: 36). Karenanya, para ulama ada yang membagi daging qurban menjadi tiga, yaitu: dimakan, diberikan kepada fakir miskin, dan disimpan. 

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Makanlah, simpanlah, dan bersedekahlah." Walaupun demikian, dimensi dimensi tersebut tidak akan bermakna apa-apa bila tanpa dilandasi dengan refleksi taqwa kepada Allah SWT.

Ibadah qurban adalah wahana hubungan kemanusiaan yang dilandasi oleh semangat sense of belonging dan sense of responsibility yang bisa menyuburkan kasih sayang antar sesama dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah., s.w.t, (taqarrub ilallah). 

Sesuai dengan asal katanya "Qaruba" yang berarti dekat. Dengan demikian ibadah qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah sekaligus ungkapan syukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan kepada kita. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah., s.w.t, dalam Q.S.al-Hajj, 22: 36. 


Karakteristik ‘udhiyah

Di setiap merayakan Idhul Adha, kita sesungguhnya diajak berpikir sejenak tapi mendalam maknanya. Utamanya dalam upaya untuk mengenang keteladanan Nabiullah Ibrahim a.s. dan Siti Hajar a.s. ketika ingin mendapatkan hingga melahirkan, mendidik dan mengasuh anak sholih. Putra Nabi Ibrahim yang pada bernama Ismail tersebut pada akhirnya juga menjadi salah satu nabi Allah., s.w.t. Keberhasilan beliau berdua dalam mendidik putranya adalah sebuah pola asuh islami, 

Pola asuh ala Nabi Ibrahim As. itulah seperti cermin yang bisa kita jadikan ukuran, contoh dan teladan dalam kehidupan kita. Sebagaimana ditunjukkan Nabi  Ibrahim sebagai orang tua ketika ia bermimpi disuruh oleh Allah SWT, untuk menyembelih putera kesayangannya, Nabi Ismail as. Nabi Ibrahim tidak lantas menyembelih puteranya begitu saja, tetapi ia justru mengajak dialog dan memberi tawaran sekaligus meminta masukan dan bahkan persetujuan anaknya. 

Apa dan bagaimana respon anaknya nabi Ibrahim? Ternyata nabi Ismail a.s. sebagai anak Nabi Ibrahim menyambut baik dengan penuh ikhlash menerima tawaran ayahandanya untuk disembelih sebagai pembuktian cintanya kepada Allah. Nabi Ismail telah mampu mengalahkan keinginan nafsu dan tuntutan dunianya, karena sadar bahwa cinta dan ridhanya kepada Allah melebihi segalanya. 

Inilah cerita di balik peristiwa keshalehan, ketaqwaan dan keta’atan Ismail diabadikan Allah dalam al-Qur’an dan sejarah hidupnya menjadi napak tilas pelaksanaan ibadah haji sampai hari ini dan akhir hayat nanti. kisah tersebut diungkap dalam al-Qur’an surat As-Saffat/37 ayat 102. Kita semua diingatkan Allah agar senantiasa berkurban dengan penuh ikhlas tanpa batas seperti diurai dalam Q.S. Al-Hajj/22 ayat 37.

Allah telah menjanjikan beberapa keutamaan bagi umat muslim yang menunaikan ibadah kurban, diantaranya: 

Dihapuskan dosa dan salahnya. Rasulullah., s.a.w, bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah., s.w.t, Tuhan Alam Semesta.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi). 

Hewan kurbannya akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti. Dari Aisyah, Rasulullah., s.a.w, bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah (sebagai qurban) di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka  ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi). 

Orang yang berkurban dicintai Allah. Bersumber dari hadist pada poin tersebut di atas, berkurban termasuk amalan yang dicintai Allah. Itu berarti bahwa setiap hamba yang melaksanakannya akan memperoleh kecintaan dari-Nya.  

Orang berkurban dikuatkan keimanannya. Dengan berkurban, setiap mukmin dapat mengingat kembali bagaimana kecintaan Nabi Ibrahim dan kesabaran Nabi Ismail dalam memenuhi perintah Allah. Kisah ini dijadikan sebagai teladan bagi mereka untuk memperkuat imannya kepada Allah. 

Orang berkurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah. Dari Zaid ibn Arqam, mereka berkata: “Wahai Rasulullah., s.a.w, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan. ”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan” (HR. Ahmad dan ibn Majah).