SHAUM RAMADHAN


Puasa adalah bagian ibadah kedua setelah sholat dalam rukun Islam. Ibadah puasa yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah puasa Ramadhan. Puasa tidak hanya di masa Rasulullah SAW., namun juga telah ada sejak di masa kenabian sebelum Muhammad SAW seperti Nabi Musa AS, yang pernah berpuasa selama 40 hari. Intinya dari berbagai puasa yang dikerjakan adalah mengacu kepada tujuan ketaqwaan. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 183 yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Qs 2:183)

Dari ayat di atas kita dapat mengambil makna, bahwa puasa adalah suatu ketetapan yang menjadi kewajiban hanya bagi orang orang yang beriman. Orang orang yang menyakini dan membenarkan dengan kebersihan hati bahwa Allah adalah Al-Haq diteruskan lewat ikrar dan syahadah dengan lisan dan ucapan yang kemudian dibuktikan dengan ketunduk patuhan lewat ruku dan sujud kepada-Nya.


Pengertian Puasa Ramadhan ,

Pengertian Puasa secara bahasa berasal dari kata Ash-Shaum (الصوم )  yang memiliki makna Al-Imsaak (الإمساك) yang artinya menahan, dengan kata lain menahan diri dari segala sesuatu. 

Sedang pengertian puasa secara istilah adalah menahan diri dari makanan dan minuman serta tidak melakukan perbuatan yang dapat membatalkannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (QS, Al-Baqoroh/2 : 187)

Pengertian Puasa Menurut Ibnu Kasir, adalah menahan diri dari makan, minum, dan berjimak disertai niat yang ikhlas karena Allah dan puasa juga mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan, dan kecemerlangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak yang rendah.

Pengertian Puasa menurut Buya Hamka adalah upaya pengendalian diri seorang hamba terhadap dua syahwat dirinya yaitu syahwat seks dan syahwat perut (lapar) yang bertujuan untuk mendidik iradat atau kemauan dan dapat mengekang nafsu. 

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا 

“maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". QS, Maryam/19 ayat 26)

Kata Shauman  (صوما) pada ayat di atas bukan bermakna menahan makan dan minum, namun menahan untuk tidak berbicara kepada seorangpun. Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa puasa (الصوم )  yang memiliki makna menahan (الإمساك) adalah suatu usaha dalam menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan / amaliyah yang dilarang oleh Allaah SWT seperti ; bersikap, bertutur kata dan berprilaku yang mendatangkan dosa.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali). HR BUkhari No.1761

Ramadhan merupakan satu dari dua belas bulan dalam tahun hijriyah, ramadhan berasal dari kata ramidha (رَمِضَ) memiliki makna terik atau panas. Terik dan panas tersebut menyesuaikan diri pada kondisi batini para orang yang berpuasa yang merasakan rasa keterterikan dan rasa kepanasan di bulan tersebut. Korealasi ibadah puasa dengan ramadhan adalah terletak pada intruksi atau maklumat pelaksanaan ibadah puasa yang dimulai pada masuknya bulan ramadhan.


Tujuan Ibadah Puasa Ramadhan 

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 183 Allah SWT berfirman dengan menggunakan redaksi, (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) “….. agar kamu bertakwa”. Dengan demikian, ayat tersebut menjadi pedoman bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah puasa untuk mencapai  derajat takwa seseorang.

Puasa akan membentuk perilaku, aktivitas dan kepribadian mu’min menjadi muttaqien, manusia taqwa yang bermental wiqoyyah, yang selalu menjaga dir dari hal-hal yang akan menjurumuskan diri ke dalam kenistaan (QS. 2:183). 

Mereka yang taqwa adalah, mereka yang selalu menafkahkan hartanya, mengeluarkan apa-apa yang Allah berikan kepadanya, menahan amarah, selalu sabar, memaafkan kesalahan orang lain dan selalu berbuat kebajikan (QS. 3:134). 

Muttaqien adalah orang yang apabila berbuat kesalahan (fakhisyah, munkar, tahluka dan lagwa), menganiaya diri dan berbuat dosa, mereka ingat akan Allah dan memohon ampunan (jerit harap) atas dosa-dosa yang diperbuat (QS. 3:135). Mu’min yang sudah berada pada kondisi taqwa (muttaqien) mampu untuk mencari solusi/jalan keluar bagi suatu permasalahan yang dihadapi dalam mengurusi kehidupan penuh ujian dan cobaan.

Selain dari tujuan puasa di atas yang memang sudah ditetepkan oleh Allah SWT, terdapat pula beberapa efek dari aktivitas pelaksanaan  puasa ramadhan yang didapatkan sebagai dampak namun tidak menjadi tujuan. Diantaranya: 


Aspek Kesehatan 

Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa yang mensyaratkan untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani. 


Aspek I‟tikaf 

I‟tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk memfokuskan diri dalam beribadah kepada Allah. Seseorang yang beri‟tikaf memperbanyak membaca al-Quran, dzikir, istighfar, shalawat, shalat sunat, doa, dan berbagai amal ketaatan kepada Allah. Beriktikaf dalam keadaan puasa memilki efek seperti meditasi. Meditas merupakan satu perjalan spiritual (agama) yang memerlukan aspek kesabaran, dan kekhusukan. “Hanya dengan berzikir kepada Allah hati menjadi tenang”.


Aspek pengendalian diri, 

Hal ini dikarenakan puasa dapat melatih manusia untuk mengontrol diri seseorang. “Adapun aspek-aspek pengendalian diri dari ibadah puasa adalah mengendalikan diri  dari amarah dan nafsu, melatih kesabaran, meningkatkan kecerdasan emosional membentuk kematangan diri.”


Hakikat Puasa Ramadhan

Pada dasarnya, hakikat puasa adalah untuk mengendalikan nafsu, atau penguasaan atas kemauan hati. Saat seseorang merasa lapar dan tidak bisa menyalurkan hasrat birahinya, biasanya mudah marah. Namun buktinya puasa dapat mengontrol manusia dari perbudakan hawa nafsu yang berlebihan. 

Mu’min, mujahidin sangat merasa terpanggil untuk menegakkan Shiyam Ramadhan, yang merupakan ketetapan dari Allah, satu paket integral, dimana shiyam (puasa), ta’jil (buka), qiamulail dan sahur adalah satu kesatuan yang harus dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan satupun. Bulan Ramdhan adalah  menjadi nucleus dari bulan-bulan yang lain,  yang di dalamnya Allah menyebarkan rahmat dan maghfiroh-Nya (QS. 2:185).


Rahmat dan maghfiroh dari langit

Shiyam akan menghilangkan panasnya api neraka bagi yang melaksanakannya, puasa akan menutup pintu-pintu neraka, membuka lebar pintu-pintu surga dan membelenggu/mengikat erat syetan laknatullah, agar tidak menguasai jiwa mu’min. Laksanakan puasa dengan dasar iman dan pengharapan kepada Allah, maka akan kita dapati barokah dan maghfiroh, diampuni oleh Allah dosa-dosa yang lalu. 

Jangan lakukan puasa kapitalis, puasa yang dijalankan karena kebiasaan bukan karena iman, tak akan  mendapatkan manfaat, tak punya nilai disisi Allah, sia-sia, kelaparan dan kehausan yang didapat. Keimanan dan ketaqwaan akan mendapatakan barokah, hidayah, furqon dan cahaya dari langit dan bumi, sementara kefasiqan akan mendatangkan azab/siksa (QS. 7:96).


Kesadaran akan Mulut yang Berdosa 

Bahwa bau mulut seorang yang berpuasa telah menjadi keresahan bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. Sesungguhnya, bau mulut bagi yang berpuasa telah dikodratkan untuk berhati-hati dalam berkata-kata terutama dalam menghina dan memfitnah diri orang lai.

Hinaan dan fitnaahan yang dilemparkan kepada orang lain tersebut seperti bau mulutnya sehingga menjadi hal yang sangat memalukan. Padahal, tujuan Allah Swt., memberikan bau mulut tersebut kepada orang yang berpuasa agar ia sadar bahwa bisa saja ia juga dihina dan difitnah atau bisa saja dia berbuat hal yang hina dan mengundang orang untuk berbuat fitanah pada dirinya atau mengundang dirinya untuk menjadi fitnah. 


Pendewasaan Ruhani (Taklif)

Dengan kita berpuasa ramadhan, Allah akan membuka pintu-pintu langit, rahasia-rahasia ghaib, sehingga ruhani kita dapat mengambil dan atau menerima pesan-pesan langit. Ketaqwaan yang dibentuk lewat proses shiyam ramadhan akan membuat ruhani kita menjadi dewasa (taklif), kondisi yang siap untuk menerima haq waris.

Bumi adalah warisan bagi mu’min yang berada pada manhaj suci, haq waris akan diberikan kepada mu’min bila kondisi ruhaninya sudah dewasa, sudah taklif, jika belum dewasa kondisi ruhaninya maka ditangguhkan haq warisnya (QS. 6:152). 

Pendewasaan ruhani akan terpenuhi lewat konsep-konsep yang telah Allah gariskan dan tetapkan, bila mu’min sudah mencapai kondisi taklif maka Allah akan beri sesuai dengan haq warisnya, diberikan bumi ini untuk dikuasai/diolah agar dapat dizhohirkan dan ditegakkan manhaj khilafah (QS. 24:55).


Karakteristik syahru ramadhan

Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia dan merupakan penjelas dari petunjuk, hakikat petunjuk yang sejati adalah petunjuk itu akan menghantarkannya kepada pemahaman tentang pembeda (al-Furqan), Petunjuk sejati yang mengantar kepada kebaikan dan kebenaran adalah kebenaran yang merupakan hakikat petunjuk itu sedangkan yang mengarah kepada keburukan merupakan perbuatan yang bathil, demikianlah yang dimaksud dengan  al-furqan. 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى 

وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadhan, adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka baginya mengganti berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS, Al-Baqoroh/2 : 185)

Sejak bumi dan langit diciptakan, Allah menetapkan 12 bulan dalam setahun (QS. Attaubah : 36). Itulah perhitungan waktu yang berlaku sepanjang sejarah manusia, sejak Adam hadir ke bumi sampai kiamat terjadi. Satu dari 12 bulan tersebut bernama Ramadhan. 

Pernahkan kita bertanya dalam diri : Kenapa di bulan Ramadhan Allah wajibkan kita untuk melaksanakan shaum (menahan diri) selama sebulan penuh dari terbit fajar sampai tenggelam mata hari serta qiyam (berdiri beribadah) di malam hari.


Ramadhan adalah tamu agung yang Allah telah memuliakannya dari  bulan-bulan lainnya. 

Dari Ubadah bin Ash - Shamit, bahwa Rasulullah saw - pada suatu hari, ketika Ramadhan telah tiba - bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah memberikan naungan - Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat - Nya, Dia hapuskan kesalahan - kesalahan, dan Dia kabulkan do‟a. pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan, para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (HR Ath  Thabarani) 

 Bulan Ramadhan, bulan dilipatgandakan pahala dan bulan diampuninya dosa dosa. Beribadah sunnah di bulan ini pahalanya sama dengan mengerjakan pahala ibadah wajib. Kemudian Allah juga memberikan kemuliaan berupa tiga hal yaitu 10 hari pertama adalah rahmat, 10 hari kedua adalah ampunan, dan 10 hari terakhir adalah terbebas dari api neraka. 

Dan dibulan ini ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Jika melihat istilah saya pada tulisan bagian pertama, Ramadhan adalah bulan obral pahala, Ramadhan is Great Sale. Maka, siapa yang tak ingin menyiakan bulan penuh rahmat itu? 

Ramadhan adalah waktu termahal dalam hidup kita yang datang setiap tahun tanpa diundang. Di dalamnya terdapat satu malam lebih baik dari 1.000 bulan. Malam itu dinamakan Allah dengan Lailatul Qadr (Q.S.Al-Qadr : 1- 5). Waktunya adalah pada 10 hari terakhir Ramadhan, seperti yang diisyaratkan Rasul Saw dalam beberpa haditsnya.  

Ramadhan adalah bulan bertabur rahmah dan berkah. Ramadhan momentum terbaik untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri pada  Allah), kembali ke jalan Allah dan bertaubat atas segala dosa, kesalahan dan kelemahan. Karena di bulan ini pintu syurga Allah buka selebar-lebarnya, pintu neraka Dia tutup serapat-rapatnya dan setansetan dibelenggu-Nya. (H.R Imam Baihaqi, Ahmad dan Nasa‟i). 

Oleh sebab itu, berbuat kebaikan dan ketaatan di bulan Ramadhan terasa lebih mudah dibanding dengan bulan-bulan lain.