SYARIAT SHAUM RAMADHAN
Ramadhan berasal dari kata Romadhon (رمض) yang artinya ialah panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan: "Dinamakan bulan Ramadhan karena ia mengugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal saleh.“
Mengenai asal usul penamaan Ramadhan bermula dari penggunaan kalender Hijriyah pada Tahun 412 Masehi.
Ketika itu terjadi konvensi petinggi lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Makkah pada masa Kilab bin Murrah (kakek Nabi Muhammad SAW ke-6). Mereka berkumpul untuk menentukan nama-nama bulan agar terjadi kesamaan, sehingga memudahkan mereka dalam urusan perdagangan.
Dari perkumpulan itu, muncullah 12 nama bulan yaitu: (1) Muharram (2) Shafar (3) Rabi'al-Awwal (4) Rabi'al-Tsani (5) Jumadal Ula (6) Jumadal Tsaniyah (7) Rajab (8) Sya'ban (9) Ramadhan (10) Syawwal (11) Dzulqa'dah (12) Dzulhijjah.
Selama 13 tahun di Mekkah sebelum hijrah, Ibadah shaum yang ditelah disyariatkan adalah :
- Shaum 3 hari setiap bulan ( Ayyamul bidh) tanggal 13,14,15 Hijriyah
- Shaum Asyura setiap tanggal 10 Muharram
Setelah mendapat perintah Hijrah, Nabi berangkat menuju Medinah kemudian singgah di Quba selama 4 hari kemudian membangun masjid pertama Quba.
Ketika Rasulullah hijrah ke medinah beliau mendapati orang yahudi sedang berpuasa (Asyura) beliau ikut berpuasa seperti mereka dan menyerukan ummatnya untuk melakukan puasa.
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَقَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits, telah menceritakan kepada kami Ayyub, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Sa'id bin Jubair dari bapaknya dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma berkata, "Ketika Nabi ﷺ telah sampai dan tinggal di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari 'Asyura' lalu beliau bertanya, "Kenapa kalian mengerjakan ini?" Mereka menjawab, "Ini adalah hari kemenangan, hari ketika Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka lalu Nabi Musa 'alaihissalam menjadikannya sebagai hari berpuasa." Maka beliau bersabda, "Aku lebih berhak dari kalian terhadap Musa." Lalu beliau memerintahkan untuk berpuasa. (HR Bukhari No. 1865 )
Ketika di Medinah beliau tetap menjalani ibadah shaum Ayyamul bidh dan Asyura hingga bulan Sya’ban tahun ke 2 Hijriyah ( Februari 624 M ) jadi sekitar 17 bulan sejak di Medinah yaitu sejak Rabiul Awal hingga Sya’ban 2 H Kemudian pada hari kamis 28 Sya’ban 2 H bertepatan dengan 28 Februari 624 M setelah selesai Sholat Asharberjamaah maka turun wahyu tentang perintah Shaum Ramadhan.
QS Al Baqarah : 183 – 184
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
أَيَّامٗا مَّعۡدُودَٰتٖۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٞ طَعَامُ مِسۡكِينٖۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Penetapan Shaum Ramadhan
Perintah Shaum kepada orang yang beriman.
Perbedaan orang beriman (aamanna) dan orang Islam (aslamna)
QS: Al Hujurat : 14-15
۞قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيًۡٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ
14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Seorang dikatakan beriman jika ia beriman sepenuhnya kepada Allah dan Rasulnya kemudian tidak ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya., Diwajibkan ( كُتِبَ ) terdapat dalam ayat lain : 178,180 (Qishas), 180 ( berwasiat), 216, 246 ( berperang ).
Kewajiban di atas tidak bisa dilaksanakan secara fardhiyah karena akan banyak terjadi kekacauan dlm masyarakat, Ia hanya bisa jika dilaksanakan secara jam’iyah (Institusional/kelembagaan) sebagai wujud dari kebersamaan dan kesatuan ummat Islam ( Tauhidul Ummah )
Penanggalan Hijriyah berbasis kepada Hilal
QS Al Baqarah : 189
۞يَسَۡٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَهِلَّةِۖ قُلۡ هِيَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلۡحَجِّۗ وَلَيۡسَ ٱلۡبِرُّ بِأَن تَأۡتُواْ ٱلۡبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنِ ٱتَّقَىٰۗ وَأۡتُواْ ٱلۡبُيُوتَ مِنۡ أَبۡوَٰبِهَاۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
189. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
QS Yasin(36) : 39
وَٱلۡقَمَرَ قَدَّرۡنَٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلۡعُرۡجُونِ ٱلۡقَدِيمِ
39. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Untuk menentukan Hilal ada 2 cara yaitu Hisab dan Ru’yat
Hisab adalah Perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan awal bulan pada kalender Hijriyah.
Metode Hisab berpegangan kepada dalil : ( QS: 3: 190 , QS: 13: 2, QS: 21: 33. QS: 10 : 5, QS: 36: 40)
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Rukyat : Aktivitas mengamati visibilitas Hilal yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (Konjungsi). Dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan teleskop.
Dalil yang menjadi dasar : QS: Al Baqarah: 185
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hilal hanya nampak setelah matahari terbenam (maghrib) karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya matahari serta ukurannya sangat tipis.Apabila hilal terlihat maka pada petang magrib waktu setempat telah memasuki bulan baru Kalender Hijriyah, Apabila tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan pada maghrib berikutnya.
Metode rukyat memiliki banyak kelemahan diantaranya karena banyak halangan medan antara mata dengan hilal, seperti debu, awan, kabut dll. Bahkan kondisi fisik tubuh perukyat bisa mempengaruhi penglihatannya. Maksud tujuan rukyat adalah menentukan awal bulan kalender Hijriyah dan pada saat itu metode melihat langsung (rukyat) karena pengetahuan masyarakat arab masih terbatas tentang hisab/astronomi.
Shaum Ramadhan Ibadah Terstruktur
Di Medinah, semasa Rasulullah SAW Jika ada kaum muslimin yang melihat hilal maka tidak serta merta ia melaksanakan shaum tetapi yang dilakukan adalah melaporkan kepada Rasulullah SAW kemudian Rasulullah memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumumkan kepada warga medinah setelah barulah Shaum dilaksanakan. Bukan hanya penentuan awal Ramadhan, Pengakhiran shaum Ramadhan juga melalui keputusan Rasullah SAW.
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي وَحْشِيَّةَ عَنْ أَبِي عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عُمُومَةٍ لَهُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَأَنَّ رَكْبًا جَاءُوا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْهَدُونَ أَنَّهُمْ رَأَوْا الْهِلَالَ بِالْأَمْسِ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يُفْطِرُوا وَإِذَا أَصْبَحُوا أَنْ يَغْدُوا إِلَى مُصَلَّاهُمْ
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ja'far bin Abi Wahsyiyah dari Abu 'Umair bin Anas dari paman-pamannya yang juga sahabat Rasulullah ﷺ Bahwasanya pernah ada suatu rombongan mendatangi Nabi ﷺ, mereka bersaksi bahwa mereka telah melihat hilal kemarin. Maka beliau memerintahkan kaum muslimin untuk berbuka, dan keesokan harinya, mereka pergi menuju tempat salat Id.“ ( HR Abu Daud 1157 )
Bahkan dalam kondisi tertentu, apabila shaum Ramadhan dipandang menghambat program jihad fi sabilillah seperti yang terjadi dalam perang Futuh Mekkah maka keputusan Ulil Amri pula yang membatalkan shaum. Kedudukan Ulil Amri juga menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan umat islam berkenan dengan shaum Ramadhan.
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab yakni Ibnu Abdul Majid, telah menceritakan kepada kami Ja'far dari bapaknya dari Jabir bin Abdullah radhiallahu'anhuma, bahwa pada tahun Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah) Rasulullah ﷺ keluar menuju Makkah, yakni tepatnya pada bulan Ramadan. Saat itu, beliau berpuasa hingga sampai di Kura' Al Ghamim, dan para sahabat pun ikut berpuasa. Kemudian beliau meminta segayung air, lalu beliau mengangkatnya hingga terlihat oleh para sahabat kemudian beliau meminumnya. Setelah itu dikatakanlah kepada beliau, "Sesungguhnya sebagian sahabat ada yang terus berpuasa." Maka beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku), mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku)." Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz yakni Ad Darawardi, dari Ja'far dengan isnad ini, dan ia menambahkan; Lalu dikatakan kepada beliau, "Sebenarnya orang-orang merasa berat untuk melaksanakan puasa, tapi berhubung mereka melihat Tuan melaksanakannya maka merekapun berpuasa." Akhirnya beliau meminta segayung air setelah salat Asar. ( HR Muslim 1878 )
Keputusan penentuan awal dan akhir Ramadhan, pembatalan shaum, pemberian sanksi diputuskan berdasarakan ketetapan (Maklumat) Rasulullah SAW sebagai pipmpinan tertinggi Madinah Al Munawaroh dan merupakan implementasi prnsip Kepemimpinan Islam.
( QS: 4 : 59 )
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
NILAI TARBIYAH RAMADHAN
M. Quraish Shihab : Puasa ini adalah media ampuh untuk membersihkan jiwa, dan merupakan ibadah yang paling efektif untuk dapat mengekang hawa nafsu. Karenanya ibadah puasa ini diwajibkan dan disyari’atkan oleh seluruh umat beragama, sekalipun bagi mereka yang menyembah berhala.
Puasa menjadi sarana efektif penanaman sekaligus pengaplikasian nilai-nilai pendidikan Islam. Nilai pendidikan yang bisa digali dari pelaksanaan ibadah puasa karena puasa mengajari kita untuk senantiasa menahan dan mengendalikan diri.
Karakter ini sangat dibutuhkan bukan hanya untuk rakyat, tetapi juga untuk pejabat, pelajar, guru, pegawai, pengusaha, dan sebagainya. Jika karakter ini sudah tertanam dan tumbuh subur dalam setiap pribadi bangsa, setidaknya akan meminimalisirkan praktek korupsi, kolusi, nepotisme, suap, dan praktekpraktek tercela.
Untuk mengatasi dan mengurangi segala masalah dan penyakit tersebut yakni dengan puasa karena puasa merupakan ibadah yang paling ampuh dan efektif, asalkan pelaksanaan puasa tersebut dilakukan dengan dasar iman yang mantap kepada Allah SWT.
Hamka (1983 : 118), menjelaskan bahwa “ada dua syahwat yang sangat mempengaruhi hidup, yaitu syahwat 4 atau , kelamin dan syahwat perut”. Kalau keduanya ini tiada terkendali, maka kemanusian manusia menjadi runtuh dan turun bertukar menjadi kebinatangan. Tetapi apabila dapat dikendalikan dengan puasa, kemanusiaan tadi akan naik tingkatnya. Allah SWT telah mewajibkan puasa pada kita sebagaimana puasa ini telah diwajibkan kepada orang sebelum kita. Ibadah Puasa ini menjadi lebih Istimewa jika dibandingkan dengan ibadah yang lainnya karena di dalamnya seorang hamba harus menahan diri untuk tidak makan dan minum, mengekang diri dari godaan hawa nafsu
Al-Ghazali menjelaskan bahwa tingginya nilai puasa di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW, terdapat pada dua hal
Puasa itu mengandung ajaran pencegahan diri yang merupakan amal yang sangat rahasia, yang hanya diketahui oleh Allah swt. Tidak seperti shalat, zakat dan lain-lain.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ مَا شَاءَ اللَّهُ يَقُولُ اللَّهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah berfirman, "Kecuali puasa, puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia tinggalkan makan dan minumnya karena Aku. Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba waktu berbuka, dan satu kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih (HR Ibnu Majah 1628)
Puasa merupakan upaya efektif untuk menundukkan setan sebagai musuh Allah. Salah satu pintu efektif yang sering diterobos setan untuk menggoda manusia adalah melalui pintu syahwat dan nafsu. Rasa lapar sangat efektif untuk mematahkan seluruh syahwat dan nafsu yang menjadi perangkat setan
حَدَّثَنَا عَتَّابٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو يُونُسَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ وَحِصْنٌ حَصِينٌ مِنْ النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami 'Attab, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku Abu Yunus dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Sesungguhnya puasa itu adalah perisai, benteng dan pelindung dari neraka.“ (HR Ahmad-8857)
Al-Ghazali menjelaskan bahwa tingginya nilai puasa di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW, terdapat pada dua hal
Puasa itu mengandung ajaran pencegahan diri yang merupakan amal yang sangat rahasia, yang hanya diketahui oleh Allah swt. Tidak seperti shalat, zakat dan lain-lain.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ مَا شَاءَ اللَّهُ يَقُولُ اللَّهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah berfirman, "Kecuali puasa, puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia tinggalkan makan dan minumnya karena Aku. Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba waktu berbuka, dan satu kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih (HR Ibnu Majah 1628)
Puasa merupakan upaya efektif untuk menundukkan setan sebagai musuh Allah. Salah satu pintu efektif yang sering diterobos setan untuk menggoda manusia adalah melalui pintu syahwat dan nafsu. Rasa lapar sangat efektif untuk mematahkan seluruh syahwat dan nafsu yang menjadi perangkat setan
حَدَّثَنَا عَتَّابٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو يُونُسَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ وَحِصْنٌ حَصِينٌ مِنْ النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami 'Attab, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku Abu Yunus dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Sesungguhnya puasa itu adalah perisai, benteng dan pelindung dari neraka.“ (HR Ahmad-8857)
Nilai yang didapat dalam Ibadah shaum
1. Mendidik Kejujuran
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هَلَكْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَمَا أَهْلَكَكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ قَالَ هَلْ تَجِدُ مَا تُعْتِقُ رَقَبَةً قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لَا قَالَ ثُمَّ جَلَسَ فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ تَصَدَّقْ بِهَذَا قَالَ أَفْقَرَ مِنَّا فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَحَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَ رِوَايَةِ ابْنِ عُيَيْنَةَ وَقَالَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ وَهُوَ الزِّنْبِيلُ وَلَمْ يَذْكُرْ فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ibnu Numair semuanya dari Ibnu Uyainah - Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Humaid bin Abdurrahman dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata, Seorang laki-laki datang menghadap Nabi ﷺ dan berkata, "Celaka diriku wahai Rasulullah." Beliau bertanya, "Apa yang telah mencelakakanmu?" Laki-laki itu menjawab, "Saya telah menggauli istriku di siang hari pada bulan Ramadan." Beliau bertanya, "Sanggupkah kamu untuk memerdekakan budak?" Ia menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi, "Sanggupkan kamu berpuasa dua bulan berturut-turut?" "Tidak." jawabnya, beliau bertanya lagi, "Sanggupkah kamu memberi makan kepada enam puluh orang miskin?" Ia menjawab, "Tidak." Abu Hurairah berkata, Kemudian laki-laki itu pun duduk, sementara Nabi ﷺ diberi satu keranjang berisi kurma. Maka beliau pun bersabda, "Bersedekahlah dengan kurma ini." Laki-laki itu pun berkata, "Adakah orang yang lebih fakir dari kami. Karena tidak ada penduduk di sekitar sini yang lebih membutuhkannya daripada kami." Mendengar ucapan itu, Nabi ﷺ tertawa hingga gigi taringnya terlihat. Akhirnya beliau bersabda, "Pulanglah dan berilah makan keluargamu dengannya." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Manshur dari Muhammad bin Muslim Az Zuhri dengan isnad ini sebagaimana riwayat Ibnu Uyainah. Ia mengatakan, "BI'ARAQ FIIHI TAMR (keranjang/takaran berisi kurma)." Namun ia tidak menyebutkan ungkapan, "Maka Nabi ﷺ pun tertawa hingga gigi taringnya terlihat."
Mendidik untuk Bekerja Keras
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ( QS: At-Taubah(9) : 105)
3. Mendidik untuk Disiplin
Pendidikan disiplin dalam berpuasa meliputi disiplin menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah SWT dan melaksanakan perintahNya. Disiplin dalam waktu yakni disunatkan menyegerakan berbuka ketika telah tiba waktu berbuka puasa, disiplin fisik dan hukum yakni mematuhi untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami isteri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Belajar disiplin bukan berarti menyiksa diri sendiri, namun belajar tentang kesabaran dan kebahagiaan
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَتَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hisyam, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, dari Zaid bin Tsabit radhiallahu'anhu, ia berkata: "Kami pernah makan sahur bersama Nabi ﷺ, kemudian beliau pergi untuk melaksanakan salat." Akupun (Anas) bertanya: "Berapakah kadar waktu antara azan (Subuh) dan sahur?" Ia menjawab: "Umumnya membaca lima puluh ayat.“ ( HR Bukhari 1787)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Abu HAzim, dari Sahal bin Sa'ad, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.“ ( HR Bukhari 1821)
4. Melatih Kesabaran
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ عَنْ أَبِي صَالِحٍ الزَّيَّاتِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, ia berkta; telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin Yusuf dari Ibnu Juraij, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Atha' dari Abu Shalih Az Zayyat, bahwa ia mendengar Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah Ta'ala telah berfirman, "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan puasa itu adalah perisai, maka apabila suatu hari salah seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, maka janganlah ia berkata keji dan kotor, serta bertengkar nan berteriak-teriak. Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia katakan "Aku sedang puasa." Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang puasa lebih harum di sisi Allah Ta'ala daripada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang puasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, yaitu apabila ia berbuka, pasti ia bahagia dan apabila berjumpa dengan Rabbnya, ia pun akan bahagia disebabkan ibadah puasanya". ( HR Bukhari 1771)
حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا سَلِيمُ بْنُ حَيَّانَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ شَتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
Telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Salim bin Hayyan berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Puasa adalah perisai, maka jika salah seorang dari kalian berpuasa janganlah mengucapkan kata-kata kotor dan jangan berbuat bodoh; jika ada yang mencela atau hendak menyakitinya hendaklah ia katakan, 'sesungguhnya aku sedang berpuasa.'"
5. Menumbuhkan Jiwa sosial dan rasa bersyukur
حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ أَبِي مُزَاحِمٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ ح و حَدَّثَنِي أَبُو عِمْرَانَ مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ زِيَادٍ وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ سَنَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِو حَدَّثَنَاه أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا ابْنُ مُبَارَكٍ عَنْ يُونُسَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ كِلَاهُمَا عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
Telah menceritakan kepada kami Manshur bin Abu Hazim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim yaitu Ibnu Sa'ad dari Az Zuhri Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku Abu 'Imran Muhammad bin Ja'far bin Ziyad lafazh ini miliknya. Telah mengabarkan kepada kami Ibrahim dari Ibnu Syihab dari Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Ibnu Abbas radhiallahu'anhu dia berkata, "Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling pemurah berbuat kebajikan, terutama di bulan Ramadan. Karena setiap tahun Jibril selalu menemui beliau tiap-tiap malam, hingga habis bulan Ramadan. Rasulullah ﷺ memperdengarkan bacaan Qur'an kepadanya (dan Jibril menyimak). Apabila Jibril mendatanginya, beliau lebih giat lagi berbuat kebajikan melebihi angin yang berembus." Dan telah menceritakannya kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mubarak dari Yunus Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Abad bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Abdur Razak, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar keduanya dari Az Zuhri melalui jalur ini dengan Hadits yang serupa. ( HR Muslim 4268 )
HIKMAH Ramadhan
1. Bulan Pengampunan Dosa
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Fudlail, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".
2. Dimasukkan ke dalam Syurga melalui pintu Ar-Rayyan
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ عَنْ سَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Mukhallad, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim dari Sahal radhiallahu'anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Dalam surga terdapat satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan yang mana para Shaimun (orang-orang yang berpuasa) akan masuk dari pintu tersebut pada hari Kiamat kelak, dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka, "Dimanakah orang-orang yang berpuasa?" Lantas mereka pun serta merta berdiri menghadap. Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut".
3. Puasa menjadi syafaat/Penolong di Yaumil Akhir
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ حُيَيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍوأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Daud, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Huyai bin Abdillah dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin 'Amr, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Puasa dan Al-Qur'an kelak pada hari Kiamat akan memberi syafaat kepada seorang hamba. Puasa berkata, "Duhai Rabbku, aku telah mencegahnya dari makanan dan hawa nafsu di siang hari, maka izinkahlah aku memberi syafaat kepadanya." Dan Al-Qur'an berkata, "Aku telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya." Beliau melanjutkan sabdanya, "Maka mereka berdua (puasa dan Al-Qur'an) pun akhirnya memberi syafaat kepadanya."
REFLEKSI DIRI
Ramadhan yang penuh keberkahan, limpahan Rahmat dan Ampunan Allah SWT.
1. Apa yang sudah kita siapkan dalam menghadapi Ramadhan ?
2. Mengapa Ketika Ramadhan berlalu maka berlalu pula kebiasaan yang kita lakukan selama Ramadhan ?