SEJARAH BANGSA ARAB PRA BI'TSAH


Bangsa Arab secara internal ditinjau dari aspek ideologi sosio politik

Sebab-sebab bangsa Arab menyembah berhala, ahli sejarah mengungkapkan ada 2 versi:

(versi 1)

Seperti telah diketahui, sebelum datangnya Islam di kota Mekah, masyarakat kota tersebut masih menjalankan kegiatan ibadah seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim, yaitu prosesi haji, termasuk tawaf.  Dengan kebiasaan ini, mereka menjadi sangat memuliakan Masjidil Haram dan Ka’bah, bahkan sudah melampaui batas.  Setiap selesai berziarah ke Masjidil Haram atau Ka’bah, mereka kembali ke daerah asalnya dengan membawa batu-batu yang ada di sekeliling Ka’bah.  

Kemudian, di mana pun mereka berada, batu-batu tersebut ditempatkan di suatu tempat yang mereka anggap istimewa, lalu mereka mengelilingi batu tersebut bagaikan mereka tawaf di Ka’bah.  Tujuannya adalah mereka berharap mendapatkan berkah lantaran sangat cinta dan menghormatinya.  Padahal, mereka baru saja kembali dari tanah suci dan baru saja mengerjakan haji dan umroh menurut agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Dengan kebiasaan seperti itu, lama-kelamaan mereka tertarik menyembah batu dan mereka lupa dengan ajaran murni agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail


(versi 2)

Tersebutlah seorang bernama ‘Amr bin Lubayyi, seorang dari bani Khuza’ah: bani yang berhasil mengambilalih kekuasaan atas Ka’bah dan kota Mekkah dari tangan Jurhum.  Setelah mengalahkan Jurhum, ‘Amr bin Lubayyi pergi ke Balqa’, sebuat tempat di Syam.  Di sana, ia melihat penduduknya menyembah berhala dan tertarik untuk mencontohnya.  Akhirnya, ia mengikuti kelakuan penduduk Balqa’ dan sepulang dari sana ia membawa berhala besar yang dinamakan Hubal. 

Menurut riwayat, berhala Hubal terbuat dari batu akik merah.  Bentuknya seperti manusia, tapi tangan sebelah kanannya sudah patah.  Sesampainya di Mekkah, kaum Quraisy memperbaiki tangan yang patah tersebut dengan tangan yang terbuat dari emas.  Kemudian Hubal ditaruh di dalam Ka’bah dan menjadi berhala paling besar di Ka’bah.

Setelah itu, ‘Amr bin Lubayyi menyeru kepada penduduk Hijaz untuk menyembah berhala besar itu, terutama kepada orang-orang yang menjalankan ibadah Haji.  Lambat laun, semakin banyak penduduk HIjaz yang terpengaruh untuk menyembah berhala tersebut.

Demikianlah asal-muasal ideologi Hubalisme – ideologi penyembahan berhala.  Lama kelamaan makin banyak pula berhala yang disembah dan diletakkan di sekeliling ka’bah.  Menurut riwayat, banyak berhala lebih dari 300 buah.  Jenisnya pun bermacam-macam, ada yang terbuat dari batu maupun kayu.


Ideologi Bangsa Arab Pra Islam Yang Berasal Dari Sosio Budaya Aba-Ana

Akhirnya, penyembahan berhala di Ka’bah menjadi tradisi dan keyakinan masyarakat Mekkah secara turun temurun.  Berhala-berhala itu diberi nama.

Qs. 53:19-24

١٩  أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ

19  Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza,

٢٠  وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ

20  dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?

٢١  أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَىٰ

21  Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?

٢٢  تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ

22  Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

٢٣  إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

23  Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.


Walaupun ada kisah beberapa orang yang tidak bisa menerima tradisi tersebut karena menurut mereka tidak logis.

Ada beberapa keterangan yang menyebutkan, bahwa pada suatu hari masyarakat Quraisy sedang berkumpul di Nakhla merayakan berhala 'Uzza.  Empat orang di antara mereka diam-diam meninggalkan upacara itu. Mereka itu ialah: Zaid b. 'Amr, Usman bin'l-Huwairith, 'Ubaidullah b. Jahsy dan Waraqa b. Naufal.

Mereka satu sama lain berkata: "Ketahuilah bahwa masyarakat kita ini tidak punya tujuan.  Mereka dalam kesesatan.   Apa artinya kita mengelilingi batu itu: mendengar tidak, melihat tidak, merugikan tidak, menguntungkanpun juga tidak. Hanya darah korban yang mengalir di atas batu itu. Saudara-saudara, marilah kita mencari agama lain, bukan ini."


Akhir kisah ke-4 orang ini:

- Waraqa menganut agama Nasrani. 

- 'Ubaidullah b. Jahsy masih tetap ragu dengan keyakinannya (sempat masuk Islam kelak ketika ada dakwah Nabi Muhammad SAW, ikut hijrah ke  Abisinia dan mati dalam keadaan Nasrani di Abisinia). 

- Zaid b. 'Amr pergi ke Syam dan Irak  meninggalkan istri dan pamannya, tapi tidak memeluk satu agama pun, sambil terus berpikir: “"Ya Allah, kalau aku mengetahui, dengan cara bagaimana yang lebih Kausukai aku menyembahMu, tentu akan kulakukan. Tetapi aku tidak mengetahuinya." 

- Usman bin'l-Huwairith, yang masih berkerabat dengan Khadijah, pergi ke Rumawi Timur dan memeluk agama Nasrani. Ia mendapat kedudukan yang baik pada Kaisar Rumawi itu.


Namun, sebagian masyarakat tetap tidak berpikir, sehingga dalam terminologi Islam, mereka disebut sebagai Jahiliyah.  Dakwah Islam tidak membuat mereka bergerak hati dan akalnya.  Mereka selalu berargumentasi bahwa hal-hal tersebut sudah merupakan ajaran pendahulu-pendahulu mereka.  Itulah cermin generasi Aba-ana.

١٧٠  وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" Qs 2:170

Qs. 10:78

٧٨  قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الْأَرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ

78  Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua".

Qs. 5:104

١٠٤  وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

104  Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

Qs. 21:53

٥٣  قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ

53  Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".

Qs. 31:21

٢١  وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ

21  Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?

Qs. 43:22

٢٢  بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

22  Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".

Qs. 29:25

٢٥  وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

25  Dan berkata Ibrahim: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun.


Dasar Ketuhanan Ganda

Seperti yang disampaikan di awal, masyarakat Mekkah sudah mengenal Allah dari ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.  Keberadaan berhala dianggap oleh mereka sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah.  Dengan keyakinan ini, mereka telah menjalankan konsep ketuhanan ganda.

Qs. 29:61

٦١  وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

61  Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

Qs. 39:3

٣  أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

3  Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.


Qs. 39:38 

٣٨  وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

38  Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.

Qs. 43:9

٩  وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

9  Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".


Sumber Hukum Bangsa Pra Bi'tsah 

Sumber hukum tertinggi di kalangan mereka juga diambil dari kebiasaan adat istiadat.  Contoh yang bisa ditampilkan di sini adalah bentuk ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan.  Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Aisyah r.a pernah menyampaikan bahwa ada 4 bentuk ikatan yang berlaku pada saat itu.

Pertama : Konsep pernikahan seperti Islam.  Pihak laki-laki datang melamar pihak perempuan, memberi mahar 

Kedua : suami menyuruh istrinya untuk berhubungan dengan laki-laki lain yang memiliki silsilah bagus dan terhormat di kalangan masyarakat.  Selama sang istri berhubungan dengan laki-laki lain tersebut, suami tidak berhubungan dengan istrinya.  Setelah diketahui istrinya hamil dari laki-laki lain itu, suami kembali berhubungan dengan istrinya

Ketiga: Sekelompok lakilaki – biasanya kurang dari 10 orang – bersepakat untuk berhubungan dengan 1 orang perempuan (poliandri).  Jika perempuan ini hamil dan melahirkan anak, maka perempuan ini menentukan siapa yang menjadi ayah dari bayi tersebut, dan laki-laki yang dipilih tidak bisa menolaknya

Keempat: Seorang perempuan memasang bendera di pintu rumahnya sebagai tanda laki-laki manapun bisa melakukan hubungan dengannya.  JIka dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang ditunjuk oleh perempuan itu tida boleh menolak sebagai ayah dari bayi yang baru lahir.

Kehadiran Islam memperbaiki aturan-aturan jahiliyah seperti itu.  Islam telah menetapkan cara menikah yang di ridhoi oleh Allah SWT, seperti yang telah kita ketahuii sesuai syariat. Begitu juga aturan dan hukum-hukum lain.  Semuanya dirombak demi maslahat kehidupan dunia dan akhirat.


Beberapa kebisaan jahiliyan yang biasa mereka kerjakan dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al Quran.

Qs. 6:137

١٣٧  وَكَذَٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلَادِهِمْ شُرَكَاؤُهُمْ لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ ۖ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

137  Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

Qs. 6: 140

١٤٠  قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ ۚ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

140  Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezeki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.


Qs. 16:58

٥٨  وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

58  Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.


Qs. 6: 136

١٣٦  وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَٰذَا لِشُرَكَائِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَائِهِمْ ۗ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

136  Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.


Sejarah Pembentukan Institusi di Mekkah oleh Qushay bin Kilab

Sejarah Awal

Seperti yang telah disampaikan pada pertemuan bulan lalu, pengusasaan Ka’bah (kepemimpinan Mekkah) telah diambil alih dari keluarga Jurhum ke keluarga Khuza’ah.  Pada saat salah seorang dari keturunan Khuza’ah yang bernama Hulail bin Habsyah (riwayat lain menyebut nama Khalil bin Tiqal), ada seorang bernama Qushay bin Kilab.  

Beliau ini adalah orang terpandang karena berasal dari keluarga bangsawan, sukses dalam perniagaan, dan mempunyai relasi yang kuat antarsuku.  Wajar jika pemimipin Mekkah pada saat itu menerima lamarandari Qushay untu menikahi putrinya.


Qs. 68:10

١٠  وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ

10  Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,


Qs. 68:14

١٤  أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ

14  karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak.


Ada banya versi sejarah yang menceritakan bagaiman akhirnya Qushay bisa menerima estafeta kekuasaan di Mekkah. 

Pertama : Hulail dengan sukarela menyerahkan kekuasaan kepada Qushay sebagai menantunya karena anak laki-laki Hulail dianggap tidak ada yang pantas menjadi pempimpin.

Kedua : Qushay, yang mendapat dukungan dari semua suku keturunan Quraisy, melakukan kudeta terhadap Hulail.

Ketiga : Sebenarnya anak-anak lelaki Hulail sudah ikhlas ketika ayahnya menyerahkan kekuasaan kepada Qushay.  Tetapi, berkat provokasi dari keturunan Khuza’ah yang lain, merekan mengungkit-ungkit asal muasal Qushay yang berasal dari Kinanah.  Akibatnya, Khuza’ah dengan bantuan suku Bakr melakukan kudeta terhadap Qushay.  Namun, kudeta ini gagal dan Qushay tetap menjadi pemimpin.

Keempat: Sebelum meninggal, Hulail menyerahkan kepemimpinan kepada putrinya yang bernama Hubba, yang tidak lain adalah istri Qushay.  Hubba tidak mau menyerahkan kepemimpinan kepada suaminya, dengan alasan bukan dari suku Khuza’ah.  Kepemimpinan justru diserahkan kepada sepupunya yang bernama Ghubsyan.  Dia adalah pemabuk, karena gemar minum khamr.  Suatu saat, ketika sedang butuh khamr, Ghubsyan mendatangi Qushay untuk meminta khamr dalam jumlah besar.  Qushay bersedia memberi khamr dengan cara barter dengan kunci Ka’bah.  

Maka, kunci Ka’bah sebagai symbol kekuasaan beralih tangan ditukar dengan satu drum khamr.  Khuza’ah yang merasa tertipu melakukan perlawanan untuk merebut kembali kunci tersebut.  Dengan bantuan Quraisy, Qushay mampu mempertahankan kunci Ka’bah dan konflik diselesaikan dengan perdamaian.

Pendek kisah, Qushay memegang kekuasaan penuh atas Mekkah. Dengan demikian berakhirlah rejim Khuza’ah, karena Qushay bukan dari keturunan Khuza’ah melainkan dari Kinanah yang mendapat dukungan dari Quraisy. 

Dengan kekuatan jaringan politiknya, Qushay membuat kesepakatan dengan beberapa suku untuk bersama-sama memajukan dan menjaga stabilitas kote Mekkah.  Beliau membuat konfederasi menjadi lebih kukuh dan organisasinya sudah berbentuk Negara.  Hal ini bisa dilihat dari bagaimana Allah menyebut Mekkah sebagai Al-balad (negeri).

Qs. 90:1

١  لَا أُقْسِمُ بِهَٰذَا الْبَلَدِ

1  Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),


Sebagai pemimpin Mekkah, Qushay membuat terobosan dengan membuat tata ruang baru kota Mekkah.  Para suku sesuai dengan status di konfederasi ditempatkan melingkar mengitari Ka’bah.  Suku dengan ranking terakhir, menempati lingkar terluar.  

Selain dirancang untuk pertahanan, pola tempat tinggal seperti ini pun secara tidak langsung mengubah kebiasaan nomaden suku-suku tersebut menjadi pola hidup menetap.  Dengan cara ini, masyarakat merasakan kenikmatan hidup di bawah kekuasaan Qushay


Struktur Institusi di Mekkah

Qushay dengan kecerdasannya membuat struktur pemerintahan di Mekkah.  Kalau dianalogikan dengan Negara modern, Qushay membuat departemen-departemen di dalam pemerintahannya.  Ada 15 departemen atau majelis yang dibentuknya.

As-siqayah.  Majelis yang mengurus semua urusan minum terutama untuk jamaah haji yang berkunjung ke Mekkah.  Salah satu hasil kerjanya adalah menggali kembali dan memperbaiki telaga zamzam yang pada saat itu sempat terbenam

Ar-rifadah.  Majelis yang mengurus makanan terutama untuk jamaah haji yang berkunjung ke Mekkah.  Biayanya diambil dari iuran setiap kepala suku Quraisy.  Majelis ini diketuai oleh Bani Naufal, walaupun pada akhirnya dialihkan ke Bani Hasyim

Al-‘imrah.  Majelis yang menjaga kehormatan dan ketentraman Ka’bah.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari Bani Hasyim

As-sidanah.  Majelis yang bertanggungjawab terhadap keamanan dan pemegang kunci Ka’bah.  Majelis ini juga disebut dengan Al Hijabah dan diketuai oleh seorang dari  Bani Abdud Dar

An-Nadwah.  Majelis yang mengurusi ketatanegaraan.  Dipimpin oleh seorang dari  Bani Abdu Dar

Al-Musyawarah.  Majelis tempat berkumpulnya para ketua 14 Majelis lainnya.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari  Bani Asad

Al-‘Asynaq.  Majelis yang mengurusi tanggungan harta atau jiwa.  Misalnya, urusan bayar denda akibat membunuh orang.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari  Banu Taim

Al-Qubbah.  Majelis yang mengurusi perang.  Instruksi perang keluar dari majelis ini.  Pemimpinnya adalah seorang dari  bani Makhzum.

Al-A’innah.  Majelis yang mengurusi kendaraan perang.  Ketuanya dipercakan kepada seorang dari  bani Makhzum

Al-Sifarah.  Majelis yang menjadi wakil pemerintahan dalam melakukan perundingan perdamaian dengan bangsa lain, baik di dalam maupun luar negeri.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari bani ‘Ady.

Al-Aisar.  Majelis yang mengurusi anak panah yang akan dipakai dalam undian di depan berhala.  Undian ini dilakukan jika ada sengketa antargolongan Quraisy.  Keputusan diambil berdasarkan hasil undian.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari Bani Jamuh

Al-Amwalul Muhajjarah.  Majelis ini serupa dengan badan “wakaf”, karena fungsinya adalah mengumpulkan dana untuk kepentingan operasional Ka’bah dan berhala.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari bani Saham

Al-‘Iqabah.  Majelis yang mengurus panji-panji Quraisy jika akan digunakan dalam berperang. Jika majelis ini sudah mengibarkan panji-panji, itu artinya kaum Quraisy harus siap sedia melawan musuh.  Majelis ini diketuai oleh seorang dari bani Ummayah

Al-Khizanah.  Majelis ini bisa disebut sebagai perbendaharaan Negara.   Ketuanya dipilih dari seorang dari bani Saham

Al-Qiyadah.  Majelis ini mengurusi pimpinan perang atau militer serta polisi.  Ketuanya adalah seorang dari banu Ummayah

Semua majelis ada dalam kendail Qushay.  Secara operasional, setiap majelis memiliki penanggungjawab yang biasa disebut Syarif.  Penanggungjawab sengaja dipilih dari berbagai suku dengan tujuan menjaga stabilitas politik.  Itulah strategi yang diambil oleh Qushay, yang pada jaman kini biasa disebut politik dagang sapi atau power sharing

Dengan struktur seperti itu, Mekkah menjadi stabil dan Negara menjadi aman dan makmur, perekonomian pun menjadi baik.  Kondisi ini terus berlangsung hingga masa Abdul Mutthalib memegang kekuasaan di tanah Hijaz pada abak ke-6 Masehi.


Status Jahiliyah Dalam Pandangan Islam

Ketentuan positif yang berlaku pada Institusi Mekkah pada saat itu adalah hukum hawahu/jahiliyah.  Sumbernya adalah aturan nenek moyang (seperti yang telah dibahas pada pertemuan yang lalu). 

Qs. 5: 50

٥٠  أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

50  Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?


Qs. 2: 170

١٧٠  وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

170  Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".


Lembaga Jahiliyan bukan saja menolak wahyu, melainkan juga selalu berusaha menumpas sampai ke akar-akarnya.

Qs. 40:5

٥  كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَالْأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ ۖ وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ ۖ وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ فَأَخَذْتُهُمْ ۖ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ

5  Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku?


Qs. 14:13

١٣  وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۖ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ

13  Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu,


Qs. 8:30

٣٠  وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

30  Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.


Pada Q.S 28:4, Allah menjelaskan beberapa ciri non-wahyu yaitu: diktator, otoriter, memecah belah, pemaksaan ideologi, dan juga pembunuhan terhadap generasi yang berbeda ideologi

Qs. 28:4

٤  إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

4  Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.