HIDUP DIBAWAH NAUNGAN AL QURAN


 لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ (١٠)

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?” (Qs 21:10)

Tiada keajaiban terbesar didunia ini bagi seorang muslim kecuali Al Qur'an. Bisa dibayangkan, tidak ada bacaan yang paling banyak dibaca umat manusia kecuali Al Qur'an. Tiada bacaan yang paling banyak dihafal umat manusia kecuali Al Our'an. 

Berjuta-juta eksemplar Al Qur'an yang sama dibacakan disurau-surau, musholla-mushola, masjid-masjid, mimbar-mimbar, dan di setiap khutbah dan ceramah. Tidak habis-habisnya Al Our'an diuraikan, ditafsirkan, dijelaskan dan dikeluarkan kandungan isinya untuk menjadi penuntun dan petunjuk bagi umat manusia.

Pada masa assabiqunal awwalun, Al Qur'an telah menjadi ruh kehidupan para shahabat. Mereka mendengar ketika pertama kali Al Qur'an diturunkan. Melalui Rasulullah, mereka yakin Allah berbicara dengan mereka. Allah telah menjadi pusat perhatian mereka sejak pertama kali mengenal Allah dalam ta'rif yang sesungguhnya. 

Al Qur'an sebagai firman-Nya, terasa begitu dekat dengan mereka, dekat dengan persoalan yang mereka hadapi, dekat dengan berbagai urusan dan pengalaman mereka. Al Qur'an benar-benar telah berhasil mengubah kehidupan mereka para shahabat, baik secara individu maupun institusional menjadi kehidupan yang baru dan sepenuhnya berserah diri kepada-Nya (laslim).

Mereka yang pada awalnya adalah para pedagang, buruh, budak, penggembala kambing dan domba, secara drastis mengalami perubahan total terutama dari sikap mental dan kehidupan hariannya. Al Our'an telah merubah mereka menjadi manusia baru, keluarga baru dan komunitas baru yang sepenuhnya berserah diri kepada Allah dan bergantung penuh kepada-Nya, yang berbeda dengan kehidupan mereka sebelumnya yang berada dalam kondisi ketertindasan.

Al Qur'an telah membentuk tatanan kehidupan baru, dengan Sistem Politik, Sistem Lkonomi, Sistem Sosial, Sistem Hankam dan lain sebagainya, yang sepenuhnya berbeda total dengan pranata sistem yang dibangun berdasar hawaku, umanmyannahum, zhann dan tashowwur jahiliyyah. Al Qur'an telah menjadikan mereka pemimpin-pemimpin besar dunia, yang bahkan sampai hari ini kisah dan shirohnya telah menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban, tidak hanya Islam melainkan membentuk peradaban dunia.

Al Qur'an telah memberikan kepada manusia penafsiran yang komprehensif tentang kehidupan dunia dan akhirat dalam bentuk yang sempurna dan serasi dengan segala unsur wujud manusia, sesuai dengan segala seginya dan berinteraksi dengan segala unsurnya. Ia berinteraksi dengan rasa, nalar, intuisi dan hati nurani manusia, dengan seluruh unsur mental spiritual dan meterial manusia yang diterapkan oleh fungsi kosmiknya, dengan gaya bahasa yang mampu menyeru, mempengaruhi dan mengarahkan segala unsur eksistensinya ini secara terpadu dan serasi secara fithriyah sebagaimana ia diciptakan oleh Khaliqnya Allah SWT.

Dengan manhaj dan tashowwur yang langsung bersumber dari Al Qur'an ini terbentuklah komunitas manusia muslim yang pertama secara unik. Mereka menjadi pemimpin umat manusia dengan kepemimpinan yang unik yang tidak ada bandingannya dalam sejarah, bak sebelum maupun setelahnya.

Al Our'an-lah sumber pertama komunitas ini, dari dari Al Our'an ini pula, jama'ah unik tersebut lahir, suatu generasi qur'ani yang unik (jaylul qur'anil fariid). Jama'ah ini merupakan fenomena lahirnya suatu ummat dari celah-celah nash sebuah kitab ! Dengan kitab itulah jama'ah ini hidup dan kepada kitab itulah mereka pertama-tama bersandar.

Namun persoalannya kini, apakah dengan Al Our'an yang sama, umat manusia bisa kembali menemukan nur ilahy berlimpah ruah memasuki setiap segi kehidupannya. Apakah dengan Al Qur'an yang sama, umat manusia bisa menemukan jati diri yang sesungguhnya sebagai "abdullah, khalifatullah, sehingga muncul spirit dan motif untuk melakukan perubahan total sistemik, dan siap untuk menghadapi berbagai resiko dan ancaman yang muncul dari sikap tersebut ?

Setelah rentang lebih dari 14 abad yang lalu, kenyataannya kini, Al Our'an bagi sebagian besar muslim tidak lagi memiliki pengaruh yang besar dan signifikan dalam kehidupan mereka, jangankan pada tingkat makro seperti negara, pada tingkat yang paling mikro saja, tidak ada perubahan yang berarti ketika Al Our'an kembali dibacakan dalam majelis-majelis.

Al Qur'an tidak lagi menyentuh hati dan fikiran, mata terasa kering dan hati tidak bergerak bahkan fikiran tidak tersentuh dan cara hidup tak kunjung berubah, tetap saja jahiliyyah dan penuh bergelimang zhulumat. Al Our'an dibacakan tetapi hanya menyentuh raww-nya saja, huruf-hurufnya saja, tidak menggugah hati untuk berubah sikap dan tidak menggugah aqal untuk berfikir.

Setelah ribuan tahun, dapatkah Al Our'an hidup kembali sebagai kekuatan yang berpengaruh (relevani force) dahsyat bagi manusia modern, seperti halnya pertama kali ia diturunkan ? Atau mungkin bukan Al Qur'annya yang sudah tidak up to date lagi, dan sudah tidak memiliki relevansi lagi dalam kehidupan yang semakin "posmo" dan “now” ini ?

Persoalannya jelas bukan kepada Al Our'annya. karena Al Our'an adalah wahyu yang sama dari Allah yang diturunkan kepada Rasulullah, kepada para shahabat dan demikian seterusnya akan diterima pula oleh umat manusia hingga akhir zaman. Tetapi kepada sikap penerimaannya, sikap yang dengannya Al Qur'an diperlakukan sebagaimana mestinya sebuah wahyu diperlakukan. 

Bagaimana menerima Al Qur'an sehingga ia hadir sebagai wahyu yang sampai kedalam hati manusia adalah persoalan utama yang dihadapi manusia ketika berinteraksi dengannya. Bukan sekedar membacanya huruf demi huruf, yang dengan huruf yang sama telah terbentuk pula bacaan lainnya selain Al Our'an.

Bagian tubuh manusia yang menerima wahyu dari Allah adalah hati (qalb), dan hati Rasulullah-lah yang pertama kali menerima Al Our'an.

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٩٢)نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (١٩٣)عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (١٩٤)

"Sesungguhnya Al Our'an ini benar-benar diturunkan Rabb semesta alam. la dibawa oleh ruh yang terpercaya. Diturunkan kedalam hatimu, supaya engkau memberi peringatan." Qs. Asy-Syuara 26:192-194. 

Ayat ini jelas menyebutkan bahwa yang menerima Al Our'an sebagai wahyu adalah hati. Tugas manusia untuk bisa menerima wahyu dari Allah adalah bagaimana mempersiapkan hati sehingga menjadi mediator bagi proses turunnya wahyu. Al Our'an hanya bisa diterima oleh manusia yang menggunakan hatinya untuk "menangkap" wahyu dari Allah. Tentu hati yang dimaksud bukan hati yang penuh kedengkian, amarah, kebencian, dan penyakit serta kotoran lainnya, tetapi hati yang bersih (tazkiyah) dan hati yang tunduk (qalbun saliim) kepada Allah dan Rasul-Nya.

Hati dalam kosa kata Al Our'an bukanlah sepotong daging dalam tubuh manusia, ia adalah pusat perasaan, emosi, motif, dorongan, inspirasi, ingatan dan perhatian. Adalah hati yang seringkah melemah, mengeras dan membatu, hati pula yang membuat kita buta dan menolak kebenaran. Karena fungsi hati adalah memberi alasan dan memaham. Didalam hati terdapat segala akar penyakit-penyakit luar, hati dapat juga merupakan sumber-sumber penyakit dalam. 

Hati adalah tempat tinggal iman dan kemunafikan, hati adalah kekuatan untuk menghadapi musibah, rahmat, cinta persaudaraan, taqwa atau keraguan dan kebimbangan, penyesalan, amarah. 

Dan akhirnya kitalah yang akan mempertanggung jawabkan kondite hati kita dihadapan Allah Swt, siapa yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, tulus dan ikhlas, ialah yang akan diselamatkan Allah Swt

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ   

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun  (Qs. 2:225 ).

يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ (٨٨)إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ   

88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, Qs.26:88-89

Al Qur'an tidak akan disentuh oleh orang yang hatinya kosong dari pengalaman perjuangan dan jihad untuk merintis kehidupan islami yang sejati, yang tak pernah mengalami penderitaan dalam menghadapi urusan yang sukar dan sulit ini. 

Al Qur'an tidak mungkin disentuh oleh orang yang tak pernah mengalami perasaan-perasaan yang menyertai pengalaman tersebut di dunia nyata menghadapi Jahiliyah yang nampak disetiap masa. Yang menjadi masalah dalam memahami petunjuk-petunjuk Al Qur'an dan isyarat-isyaratnya bukanlah pemahaman lafazh-lafazh dan ungkapan-ungkapannya, danbukan pula "penafsiran"-nya, seperti yang biasanya kita katakan.

Tetapi masalahnya adalah mempersiapkan jiwa dengan bekal perasaan, pengetahuan dan pengalaman yang setara dengan perasaan, pengetahuan dan pengalaman kaum muslimin ketika mereka menerima Al Qur'an dimedan jihad, jihad terhadap hawa nafsu dan manusia, jihad terhadap syahwat dan musuh, infaq dan pengorbanan, ketakutan dan harapan, kelemahan dan kekuatan, jatuh dan bangun.. Yaitu suasana Makkiyah, suasana da'wah yang baru tumbuh, ketika kaum muslimin masih merupakan minoritas yang lemah dan terasing diantara manusia.

Suasana ketika kaum muslimin baru menyusun embrio Jama'ah sebagai Washilah tungal menegakkan kalimat Allah Suasana dikepung dan diboikot, lapar dan takut, tertindas dan terusir, dan terputus hubungan dengan segala sesuatu selain Allah. Kemudian suasana Madaniyah, yaitu suasana pertumbuhan awal suasana masyarakat Islam yang menghadapi tipu daya dan kemunafikan, makar dan perjuangan. 

Suasana perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaybiah. Suasana penaklukan Mekkah, perang Hunain, perang Tabuk Suasana pertumbah ummat Islam, pertumbuhan sistem sosialnya, system ekonominya, sistem politiknya, sistem militernya dan persentuhan dinamis antara emosi kepentingan dan prinsip.

Dalam suasana tersebutlah, ayat-ayat Al Our'an turun secara aktif, dinamis dan realistis, dimana kata-kata dan ungkapan-ungkapannya mengandung petunjuk-petunjuk dan isyarat-isyaratnya sendiri. Dalam suasana yang menyertai usaha pembentukan kehidupan Islami yang baru seperti itu, Al Our'an memberikan simpanan kekayaannya kepada hati penerimanya, membukakan rahasia-rahasianya, menyebarkan aromanya, memberikan hidayah (petunjuk) dan nur (cahaya). 

Merekalah yang memahami hakikat firman Allah, sebab semua firman itu berbicara kepada mereka tentang realita-realita kehidupan yang mereka alami, tentang peristiwa-peristiwa yang masih membekas dalam jiwa mereka. Mereka yang kini dan esok mengalami peristiwa-peristiwa seperti inilah yang akan mampu memahami makna Al Qur'an dan isyarat-isyaratnya.

Oleh karena manusia masa kini telah jauh dari kehidupan nyata dalam suasana yang seperti itu, maka haruslah kita kemukakan kepada mereka hakikat-hakikat konsep dan tashowwur Islam tentang Allah, alam semesta, kehidupan dan manusia, dari celah-celah nash Al Qur'an ini, yang disertai dengan penjelasan dan pengarahan, juga susunan dan sistematikanya. 

Salah satu media efektif yang bisa digunakan adalah membentuk madrasah-madrasah Al Our'an, dimana didalamnya Al Our'an dibacakan (tilawah), sehingga mensucikan jiwa manusia (tazkiyah) dan memberikan pelajaran-pelajaran yang berguna bagi arah kehidupan selanjutnya (taujih).

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Qs. 62:2

 لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(Qs 3:164)

Dengan cara seperti itulah manusia bisa hidup dibawah naungan Al Qur'an. 

Ya ... Hidup dibawah naungan Al Qur'an.