1. Hukum Shalat Janazah.
Shalat janazah hukumnya fardhu kifayah, artinya jika sudah dishalatkan oleh sebagian kaum muslimin maka kewajibannya gugur bagi kaum muslimin yang lain.
Selain kasus hutang, Nabi SAW juga tidak menshalatkan orang yang bunuh diri dan orang yang berkhianat.
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: ( أُتِيَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِرَجُلٍ قَتَلَ نَفْسَهُ بِمَشَاقِصَ, فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ )
Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu 'anhu berkata: Pernah dibawa kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seorang laki-laki yang mati bunuh diri dengan tombak, lalu beliau tidak menyolatkannya. HR Muslim.
عَنْ زَيْدِبْنِ خَالِدِ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ تُوُفِيَّ بِخَيْبَرَ, وَأَنَّهُ ذُكِرَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص.م. فَقَالَ : صَلُّوْا عَلَى صَاحِبِكُمْ, فَتَغَيَّرَتْ وُجُوْهُ الْقَوْمِ لِذَالِكَ. فَلَمَّارَأَى الَّذِيْ بِهِمْ قَالَ : إِنَّ صَاحِبَكُمْ غَلَّ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ, فَفَتَّشْنَا مَتَاعَهُ , فَوَجَدْنَا فِيْهِ خَرْزَ الْيَهُوْدِ, مَايُسَاوِيْ دِرْهَمَيْنِ. رواه الخمسة الا الترمذى
Dari Zaid bin Khalid al Juhani, bahwa ada seorang laki-laki muslim yang meninggal di Khaibar.Lalu hal itupun diberitahukan kepada Rasulullah SAW, maka ia bersabda, ”Shalatilah saudaramu itu”. Kemudian berubahlah wajah-wajah orang-orang setelah mendengar itu. Maka setelah Rasulullah saw. mengetahui apa yang terjadi terhadap mereka lalu ia bersabda : “Sesungguhnya saudaramu itu pernah berhianat dalam peperangan “ Kemudian kami mencari barang-barangnya lalu kami temukan sebuah permata milik orang Yahudi yang kira-kira bernilai dua dirham. HR. Imam yang lima kecuali Tirmidzi.
Sekalipun Nabi SAW tidak menshalatkannya, namun beliau SAW meme rintahkan kaum muslimin untuk menshalatkannya. Dengan demikian perilaku Nabi SAW tidak menshalatkan janazah ini dalam kapasitas beliau SAW sebagai Imam (pemimpin ummat), sedangkan ummat sendiri harus tetap ada yang menshalatkan janazah tersebut, karena ini fardhu kifayah.
2. Keutamaan Shalat Janazah.
َوَعَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم , مَنْ شَهِدَ اَلْجِنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ, وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيرَاطَانِ. قِيلَ: وَمَا اَلْقِيرَاطَانِ؟ قَالَ: مِثْلُ اَلْجَبَلَيْنِ اَلْعَظِيمَيْنِ .
“Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghadiri janazah sehingga dishalatinya maka baginya (pahala) satu qirath, dan barangsiapa menghadirinya sehingga dikubur maka baginya (pahala) dua qirath”. Rasulullah SAW ditanya, “Sebesar apa dua qirath itu ?” Ia menjawab, “Sebesar dua gunung yang besar”. HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ: سَمِعْتُ ا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم يَقُولُ: مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ, فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ
أَرْبَعُونَ رَجُلًا, لَا يُشْرِكُونَ بِاَللَّهِ شَيْئًا, إِلَّا شَفَّعَهُمْ اَللَّهُ فِيهِ .
“Dan dari Ibnu Abbas ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang lai-laki muslim meninggal, kemudian dishalati oleh 40 orang laki-laki yang tidak musyrik kepada Allah sedikitpun, melainkan Allah menerima permohonan pertolongannya”. HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud
Dari hadits tersebut diatas :
- Orang yang menghadiri janazah kemudian menshalatinya maka baginya pahala satu qirath
- Apabila dishalati 40 orang laki-laki yang tidak musyrik kepada Allah sedikitpun, melainkan Allah menerima permohonan syafaatnya.
3. Tata Cara Shalat Janazah
a. Berniat.
عَنْ عُمَرِبْنِ الْخَطَّابِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ يَقُوْلُ :إِنَّمَاالاَْعْمَالُ بِالنِّيَّةِ , وَإِنَّمَالاَِمْرِئ مَانَوَى , فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسِلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسِلِهِ, وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَايُصِيْبُهَا,أَوِامْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا, فَهِجْرَتُهُ إِلَى إِلَى مَاهَاجَرَ إِلَيْهِ ,
”Dari Umar bin Khattab RA, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya”. HR Bukhari dan Muslim
b. Barisan shaf.
b.1. Shalat secara bergelombang.
Jika jumlah makmum cukup banyak, maka disunnahkan shalat janazah dilakukan secara bergelombang, dengan urutan yang lebih dahulu adalah laki-laki, perempuan kemudian anak-anak.
عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ قَالَ : دَخَلَ النَّاسُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ أَرْسَالاً يُصَلُّوْنَ عَلَيْهِ حَتَّى اِذَافَرَغُوْا أَدْخَلُوْا النِّسَاءُ, حَتَّى اِذَافَرَغْنَ أَدْخَلُوْا الصِّبْيَانَ, وَلَمْ يَؤُمَّ النَّاسَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Orang-orang masuk kepada Rasulullah SAW dengan bergelombang untuk menshalatinya sehingga apabila mereka telah selesai lalu mereka memasukkan kaum wanita, setelah mereka selesai memasukkan anak-anak, sedang tidak seorang pun menjadi imam dalam shalat tersebut”. HR Ibnu Majah
b.2. Tersusun dalam tiga shaf .
وَعَنْ مَالِكِ بْنِ هُبَيْرَةَ قَالَ :قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ ,مَامِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ, فَيُصلِّى عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ بَبْلُغُوْنَ اَنْ يَكُوْنُوْا ثَلاَثَةَ صُفُوْفٍ,اِلاَّ غُفِرَ لَهُ ,فَكَانَ مَالِكُ بْنُ هُبَيْرَةَ يَتَحَرَّى-اِذَاقَلََّ أَهْلُ الْجَنازَةِ-اَنْ يَجْعَلَهُمْ ثَلاَثَ صُفُوفٍ.
“Dan dari Malik bin Hubairah, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin meninggal, kemudian ia dishalati oleh segolongan kaum muslimin yang mencapai tiga shaf, melainkan ia diampuninya”. Maka Malik bin Hubairah apabila orang-orang menshalati itu sedikit, ia berusaha menjadiikan mereka tiga shaf”. HR Imam yang Lima kecuali Nasa’i
b.3. Disunnahkan membanyakkan pengikut.
وَعَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيَّى صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَامِنْ مَيِّتٍ يُصَلِّيْ عَلَيْهِ اُمَّةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ يَبْلُغُوْنَ مِائَةَ كُلُّهُمْ يَشْفَعُوْنَ لَهُ , اِلاَّ شُفِّعُوْا فِيْهِ.
“Dan dari Aisyah dari Nabi SAW ia bersabda, “Tidaklah seorang mayit dishalati oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai 100 orang yang semuanya mendoakannya, melainkan mereka dikabulkan permohonannya untuk mayit itu”. HR Tirmidzi
c. Terdiri dari empat kali takbir.
عَنْ جَابِرٍ اَنَّ النَّبِيَّى صلى الله عليه وسلم صَلَّى عَلَى اَصْحَمَةَ النَّجَاشِيِّ فَكَبَّرَ عَلَيْهِ اَربَعًا.
”Dari Jabir, bahwa Nabi SAW pernah menshalati Ash-hamah – Raja Najasyi, kemudian ia takbir empat kali” HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : اِنْتَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِلَى قَبْرٍ رَطْبٍ , فَصَلَّى عَلَيْهِ, وَصَفُّوْا خَلْفَهُ, وَكَبَّرَ اَرْبَعًا
”Dan dari Ibnu Abbas, ia berkata, ”Sampailah Rasulullah SAW ke sebuah kubur yang masih basah, lalu ia shalat di atasnya sedang sahabat-sahabat berbaris di belakangnya, dan bertakbir empat kali”. HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
d. Bacaan antara takbir
Setelah takbir pertama membaca Al Fatihah,
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَقَالَ : لِتَعْلَمُوْا أَنَّهَاالسُّنَّةُ.
“Dari Ibnu Abbas bahwa ia pernah menshalati janazah lalu ia membaca surat al Fatihah, dan ia berkata, “Ketahuilah bahwa bacaan al Fatihah itu adalah sunnah Nabi SAW”. HR Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi
Setelah takbir kedua membaca Shalawat,
وَعَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ بْنِ سَهْلٍ اَنّهُ اَخْبَرَُهُ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِ ص م. اَنَّ السُّنَّةَ فَى الصّلاَةِ عَلَى الْجَنَازَةِ اَنْ يُكَبِّرَ الاِْمَامُ, ثُمَّ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ-بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ الاُْوْلَى-سِرًّا فِى نَفْسِهِ. ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِ ص م. وَيُخْلِصُ الدُّعَاءَ لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيْرَاتِ, وَلاَ يَقْرَأُ فِيْ شَيْئٍ مِنْهُنَّ,ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِيْ نَفْسِهِ.
“Dan dari Abu Umamah bin Sahal bahwa ia diberitahu oleh seorang laki-laki dari sahabat Nabi SAW, bahwa menurut sunnah Nabi SAW tentang shalat janazah yaitu mula-mula imam takbir kemudian membaca al Fatihah dengan perlahan – sesudah takbir yang pertama – lalu membaca doa shalawat atas Nabi SAW, kemudian berdiri dengan ikhlas untuk janazah dalam takbir-takbir dan tidak membaca (ayat) sedikitpun di antara takbir-takbir itu kemudian salam dengan sirri di dalam hatinya. HR As Syafi’i
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِيْ اَوْفَى اَنَّهُ مَاتَتْ ابْنَةٌ لَهُ فَكَبَّرَ أَرْبَعًا,ثُمَّ قَامَ
بَعْدَ الرَّابِعَةِ , قَدْرَمَابَيْنَ التَّكْبِيْرَتَيْنِ يَدْعُوْا, ثُمَّ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ ص م. يَصْنَعُ فِى الْجَنَازَةِ هَاكَذَ.
“Dan dari Abdullah bin Aufa bahwa seorang anak perempuannya telah meninggal dunia lalu ia menshalatinya dengan 4 takbir, kemudian ia tetap berdiri setelah takbir yang keempat, kira-kira selama antara dua takbir, sambil berdoa, lalu Abdullah berkata, “Adalah Rasulullah SAW biasa berbuat demikian untuk janazah”. HR Ahmad dan Ibnu Majah
وَعَنْ كَعْبِ ابْنِ عُجْرَةَ ،قَالَ : قُلـــْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ،قَدْ عَلِمْنَا – عَرَفْنَا- كَيْفَ السَّلاَمُ عَلَيْكَ , فَكَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكَ؟ قَالَ :قَالُوْا: اَللّهُمَّ ًصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Dan dari Ka’ab bin Ujrah, ia berkata, “Kami pernah bertanya, “Ya Rasulullah kami sudah mengetahui bagaimana salam atas engkau, tetapi bagaimana shalawat atas engkau ?”. Nabi menjawab, ‘ALLAHUMMA SHALLI ....” (Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada (Nabi Ibrahim dan kepada) keluarga Nabi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada (Nabi Ibrahim dan kepada) keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung)”. H.R. Bukhari dan Muslim
Pada takbir ketiga dan keempat membaca do’a. Adapun do’a yang biasa dibaca Rasulullah SAW adalah.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا, وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا, وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا, وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا, اَللَّهُمَّ اَحْـيَيْـتَهُ مِنَّا فَأَحْيِيْهِ عَلَى الاِْسْلاَمِ, وَمَنْ تَوَفَّيْـتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّـهُ عَلَى الاِيْمَانِ, اَللَّهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ
”Ya Allah ampunilah orang-orang yang masih hidup, dan orang-orang yang telah mati, orang yang hadir, orang yang tidak hadir, anak kecil, orang dewasa, kaum laki-laki, dan kaum perempuan diantara kami. Ya Allah, siapa saja yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam, dan siapa saja yang Engkau matikan dari kami, maka matikanlah dia dalam keadaan iman. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya dan janganlah Engkau menyesatkan kami sepeninggalnya” HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ, وَارْحَمْهُ, وَعَافِيْهِ, وَاعْفُ عَنْهُ,وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ, وَوَسِعْ مُدْخَلَهُ, وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ, وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الاْ َبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ, وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ, وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ, وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ, وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ,وَفِيْ لَفْظٍ: وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
”Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah kedudukannya, lapangkanlah kuburnya, basuhlah dia dengan air, es dan embun, bersihkanlah dirinya dari dosa-dosa sebagaimana pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran, berilah pengganti baginya berupa sebuah rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan istri yang lebih baik dari istrinya. Masukkanlah dia ke dalam surga serta lindungilah dia dari siksa kubur dan siksa neraka”. HR Muslim
اَللَّهُمَّ إِنَّ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ فِيْ ذِمَّتِكَ, وَحَبْلِ جِوَارِكَ,فَقِهِ مِنْ
فِتْنَةِ الْقَبْرِ, وَعَذَابِ الْقَبْرِ, وَأَنْتَ أَهْلَ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ, اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
”Ya Allah, sesungguhnya fulan bin fulan berada dalam tanggungan-Mu dan berpegang kepada kitab-Mu, maka peliharalah dia dari fitnah dan siksa kubur. Engkau adalah Yang Maha Memenuhi janji dan Pemegang kebenaran. Ya Allah, ampuni dan kasihilah dia, sesugguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. HR Abu Daud, Ibnu Majah
Terakhir salam.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kesejahteraan kepada kamu semua dan rahmat Allah dan keberka hanNya.
e. Tempat berdirinya Imam shalat.
Untuk mayit laki-laki, imam berdiri di dekat kepalanya, sedangkan mayit perempuan, imam berdiri di tengah-tengah badan mayit perempuan, jadi kira-kira di dekat perutnya.
عَنْ سَمُرَةَ قَالَ : صلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ ص م. عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا,فَقَامَ عَلَيْهَارَسُوْلُ اللهِ ص م. فِى الصَّلاَةِ وَسَطَهَا.
“Dari Samurah ia berkata, “Aku pernah shalat di belakang Rasulullah SAW yang menshalati perempuan yang mati ketika masih dalam nifasnya, lalu Rasulullah dalam shalatnya itu berdiri di tengah-tengahnya”. HR Bukhari dan Muslim
وَعَنْ اَبِيْ غَالِبٍ الْحَنَّاطِ قَالَ:شَهِدْتُ اَنَسَ بْنَ مَالِكٍ صَلَّى عَلَى جَنَازَةِ رَجُلٍ, فَقَامَ عِنْدَ رَأْسِهِ , فَلَمَّارُفِعَتْ اُتِيْ بِجَنَازَةِ امْرَأَةِ , فَصَلَّى عَلَيْهَافَقَامَ وَسَطَهَا,وَفِيْنَاالْعَلاَءُ بْنُ زِيَادِ الْعَلَوِيِّ .فَلَمَّارَأَى اخْتِلاَفَ قِيَامِهِ عَلَى الرَّجُلِ وَالْمَرْأَةِ ,قَالَ : يَاأَبَا حَمْزَةَ , هَاكَذَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م. يَقُوْمُ مِنَ الرَّجُلِ حَيْثُ قُمْتَ وَمِنَ الْمَرْأَةِ حَيْثُ قُمْتَ ؟ قَالَ نَعَمْ.
“Dan dari Abu Ghalib al Hannath ia berkata, “Aku pernah menyaksikan Anas bin Malik menshalati janazah seorang laki-laki, lalu ia berdiri di dekat kepalanya, setelah janazah tadi diangkat kemudian dibawalah kepadanya janazah seorang perempuan, lalu ia menshalatinya kemudian ia berdiri di tengah-tengahnya, sedang di antara kami ada Al Ala’ bin Ziyad Al Alawi, maka setelah Al Ala’ mengetahui perbedaan berdirinya Anas terhadap janazah laki-laki dan perempuan ia bertanya, “Hai Abu Hamzah, demikiankah Rasulullah SAW berdiri untuk mayit laki-laki sebagaimana kamu berdiri, dan untuk mayit perempuan sebagaimana kamu berdiri ?” Ia menjawab, “Ya”. HR Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi.
4. Shalat Ghaib dan Shalat di atas kubur.
Nabi SAW pernah melakukan shalat ghaib dan shalat di atas kubur dalam keadaan yang khusus. Shalat ghaib adalah shalat yang dilakukan tanpa terdapat janazah di depan shalat. Sedangkan shalat di atas kubur adalah shalat yang dilakukan di depan kubur seseorang. Adapun lama waktu antara pemakaman dengan shalat di atas kubur dapat dilakukan selama satu bulan lamanya.
عَنْ جَابِرٍ اَنَّ النَّبِيَّى صلى الله عليه وسلم صَلَّى عَلَى اَصْحَمَةَ النَّجَاشِيِّ فَكَبَّرَ عَلَيْهِ اَربَعًا.
“Dari Jabir, bahwa Nabi SAW pernah menshalati Ash-hamah raja Najasyi, kemudian ia takbir empat kali”. HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
وَفِيْ لَفْظٍ قَالَ : قَدْ تُوُفِّيَّ الْيَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ مِنَ الْحَبَشِ, حَهَلُمَ
فَصَلُّوْا عِلَيْهِ, فَصَفَفْنَا خَلْفَهُ قَالَ: فَصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص.م. عَلَيْهِ ,
وَنَحْنُ صُفُوْفٌ.
Dan dalam satu lafal (dikatakan), “Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari ini seorang laki-laki yang shaleh dari Habasyah telah meninggal dunia, maka ayo shalatilah dia ! Kemudian kami disuruh baris di belakang Nabi SAW. Jabir berkata, “Kemudian Rasulullah SAW menshalatinya sedang kami berbaris di belakangnya”. HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : اِنْتَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِلَى قَبْرٍ رَطْبٍ , فَصَلَّى عَلَيْهِ, وَصَفُّوْا خَلْفَهُ, وَكَبَّرَ اَرْبَعًا
“Dan dari Ibnu Abbas ia berkata, “Sampailan Rasulullah SAW ke sebuah kuburan yang masih basah (masih baru) lalu ia shalat di atasnya sedang sahabat-sahabat berbaris di belakangnya, dan bertakbir empat kali”. HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه –اَنَّ مَرْأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ اَلْمَسْجِدَ اَوْ شَابًا- فَفَقَدَهَارَسُوْلُ اللهِ ص.م. فَسَأَلَ عَنْهَا – اَوْ عَنْهُ - فَقَالُوْا: مَاتَتْ, فَقَالَ: أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي؟ قَالَ فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا,اَوْاَمْرَهُ, فَقَالَ: دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهَا, فَدَلُّوهُ, فَصَلَّى عَلَيْهَا , ثُمَّ قَالَ: إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا, وَإِنَّ اَللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ.
“Dan dari Abu Hurairah bahwa ada seorang perempuan hitam/pemuda tukang sapu masjid, lalu Rasulullah SAW kehilangan dia, kemudian dia menanyakan tentang perempuan atau pemuda tadi, lalu mereka menjawab, “ia telah mati”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Mengapa engkau tidak memberitahukan kepadaku ?”. Abu Hurairah berkata, “Tetapi sahabat-sahabat seolah-olah meremehkan persoalan perempuan atau pemuda itu, kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Tunjukkan aku kuburnya”. Lalu mereka menunjukkannya, kemudian ia menshalatinya lalu ia bersabda, “Sesungguhnya kuburan ini penuh kegelapan bagi ahli kubur tetapi Allah menerangi kubur ini sebab shalatku atas mereka”. HR Ahmad, Bukhari dan Muslim
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ النَّبِيَّى ص.م. عَلَى قَبْرٍ بَعْدَ شَهْرٍ.
”Dan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW pernah shalat di atas kubur sesudah satu bulan”. HR Daruquthni
وَعَنْ سَعِيْدِبْنِ الْمُسَيَّبِ اَنَّ اُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ , وَالنَّبِيُّى ص.م. غَائِبٌ, فَلَمَّا قَدِمَ صَلَّى عَلَيْهَا, وَقَدْ مََضَى لِذَالِكَ شَهْرٌ.
”Dan dari Sa’id bin Musayab, bahwa Ummu Sa’ad telah mati, sedang Nabi SAW tidak di rumah, kemudian setelah ia datang maka ia menshalatinya, padahal telah lewat waktu sebulan lamanya”. HR Tirmidzi
Dapat disimpulkan tata cara shalat janazah adalah sebagai berikut :
1. Imam terlebih dahulu mengatur posisi dirinya di depan janazah, termasuk mengatur shaf makmum jika memungkinkan terdiri dari 3 (tiga) shaf
2. Niat
3. Takbir dengan mengangkat tangan
4. Meletakkan tangan di atas dada
5. Membaca ta’awudz dan surat al Fatihah secara sirr (perlahan)
6. Takbir dengan mengangkat tangan
7. Membaca shalawat atas Nabi SAW secara sirr (perlahan)
8. Takbir dengan mengangkat tangan
9. Membaca doa untuk mayit secara sirr (perlahan)
10. Takbir dengan mengangkat tangan
11. Membaca doa untuk mayit secara sirr (perlahan)
12. Salam ke kanan dan ke kiri
Semua itu dilakukan dengan berdiri, tanpa melakukan ruku’ dan sujud.